Ancaman Buka Lahan Besar-Besaran di Halmahera Selatan

Avatar photo

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Maluku Utara Ismet Soleman mengatakan penyebab banjir di Halmahera Selatan rata-rata dipicu akibat hutan di sektor hulu rusak.

Dia mengemukakan, perubahan ekologis akibat hilangnya kawasan resapan air menjadi area pertambangan dan ilegal loging saat ini dilakukan dengan skala masif.

“Penambangan dan pembebasan lahan hutan ini berdampak pada kualitas hidup dan keberlangsungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar,” katanya.

Aktivis pecinta alam itu mengungkapkan beberapa lahan yang dibuka secara besar-besaran di bumi Sibela itu terjadi pada 5 desa di Obi, Halmahera Selatan. Di antaranya Desa Baru, Laiwui, Buton dan Akegula.

Berdasarkan daftar perusahaan pemegang IUPHHK-HA di Obi, kata Ismet, PT PY yang merupakan perusahaan kayu terbesar.

“Perusahaan ini mengelola kawasan hutan konsesi di desa Laiwui seluas 86.599 hektare. Juga sawah seluas 90 hektare dari program pemerintah pusat,” ucapnya.

Ismet menambahkan, hujan deras pada Senin 5 Desember 2016 nyaris menenggelamkan beberapa desa di ibukota Kecamatan Obi itu pun dipengaruhi oleh faktor tersebut.

“Banjir yang mengganas itu turun mengikuti kemiringan gunung hingga masuk ke desa. Sementara aliran sungai yang mengelilingi beberapa desa meluap,” tambahnya.

Dia meminta warga masyarakat dan pemerintah kabupaten setempat perlu mewaspadai ancaman banjir ini.

“Terutama dalam menertibkan sejumlah lahan hutan yang kini menjadi kawasan perusahaan-perusahaan kayu yang beroperasi di daerah itu,” tutupnya.