Cerita Batu Raja Ternate Sarang Pencurian Pasir Hitam

Avatar photo

Negeri Kepulauan Rempah itu memiliki panorama alam yang cantik, salah satunya di Kota Ternate. Pada bumi para raja ini menyimpan banyak potensi alam dan pariwisata.

Di Kota berjuluk Bahari Berkesan itu merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate. Kali ini KIERAHA.com melihat dari dekat bagaimana panorama wisata pantai Batu Raja.

Batu Raja dalam sebutan warga Pulau Ternate adalah Mari Kolana. Letaknya bersebelahan dengan wisata pantai Kastela, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate. Mari Kolano satu dari sekian destinasi wisata di kota bahari itu.

“Dahulu (14 tahun silam) pantai Mari Kolano kurang diminati pengunjung (wisatawan lokal). Tempat ini dulunya hanya oto (mobil) dum truk yang masuk ambil pasir,” kata Ismail Hasan, penjaga pantai Mari Kolano, saat disambangi KIERAHA.com, di lokasi wisata setempat, Sabtu, 11 Maret 2017.

Bapak empat anak itu menceritakan di pantai tersebut marak pencurian pasir hitam, diduga dilakukan oknum perantara pengusaha konstruksi bekerjasama dengan warga kota.

“Ini terjadi sepanjang bibir pantai Mari Kolano. Pencurian pasir di sini ada yang dari warga sendiri maupun orang luar yang datang ambil pakai oto dum (truk), katanya.

Ismail mengatakan pengambilan pasir pantai itu untuk dijualbelikan ke perantara pengusaha konstruksi yang sedang membangun proyek infrastruktur.

“Itu sudah terjadi sejak 2003, banyak truk besar masuk ke pantai Mari Kolano ambil pasir. Ini yang menyebabkan lokasi pantai Mari Kolano rusak. (Padahal) dulu itu pernah ada lapangan bola dekat bibir pantai, tapi sudah rusak karena pencurian pasir,” katanya.

“(Untuk sekarang) pantai sudah mulai aman karena pasir tidak lagi dicuri menggunakan truk. Tapi masih ada sesekali warga dekat sini yang ambil (pasir), untuk bangun rumah.”

Ismail mengatakan pencurian pasir secara besar-besaran mulai berkurang saat lokasi pantai itu dijaga dan diawasi oleh dirinya bersama beberapa keluarganya.

“Sekarang sudah aman dari pencuri pasir. Memang (masih ada) warga sini ambil pasir tapi tidak dijualbelikan. Mereka ambil sekadar butuh saja,” katanya.

Sejarah Mari Kolano

Pasir hitam di pantai Mari Kolano. (KIERAHA.com)

Kondisi pantai Mari Kolano kini mulai terawat. Di lokasi itu sudah ada wisatawan lokal yang berkunjung. Rata-rata wisatawan yang datang membawa keluarga.

Ismail mengungkapkan Mari Kolano adalah nama kampung pemberian dari salah satu Sultan Ternate. Kampung itu dahulu banyak terdapat bebatuan besar. Seiring berjalannya waktu, nama kampung mulai pudar karena kurang dikenal dan tersosialisasi.

Menurut Ismail, agar nama kampung Mari Kolano tetap ada dan tidak boleh hilang maka tanah seluas dua hektar milik nenek moyangnya di pantai itu diberinama Mari Kolano.

”Biar orang datang berwisata dapat mengetahui dan membedakan mana pantai Mari Kolano dan mana pantai Kastela,” kata Ismail, suami dari Hanifa Sukur.

Ismail mengatakan dirinya termotivasi menjaga dan merawat tanah leluhurnya seluas dua hektar itu karena tidak mau lagi ada pencurian pasir secara besar-besaran.

“Karena pencurian pasir di sini yang sebabkan pantai Mari Kolano rusak,” sambungnya.

Ismail mengatakan Ia bersama kakak sedarah telah membulatkan tekad menjaga dan merawat pantai Mari Kolano dari ancaman pencurian pasir hitam di lokasi itu.

Puluhan pohon kelapa dan capilon sepanjang bibir pantai pun Ia tanam demi pantai Mari Kolano tetap terjaga dan lestari. “Kalau tempat duduk dan rumah wisata ini kakak yang buat. Selain dipergunakan untuk wisatawan, kami jadikan tempat ini untuk berjaga-jaga pada siang dan malam hari agar orang tidak berani curi pasir,” tutupnya.

Kota Ternate tak hanya memiliki potensi wisata pantai yang bersih dan bening. Namun di kota itu juga menyimpan potensi wisata sejarah dan budaya yang sudah mendunia. Benteng peninggalan Portugis dan Belanda, budaya adat se atoran di antaranya.

Author: Abdurahman

Editor: Redaksi