Saya berpikir bahwa Emang punya masalah terhadap sistem persarafan. Menurut tetangga di samping rumahnya, mengatakan bahwa anak tersebut sering dibawa untuk diurut.
Pemikiran awal saya, kalau anak ini mengalami gangguan jiwa, tapi karena saya mengajak ngobrol ternyata nyambung, bahkan juga menjawab pertanyaan bagian mana yang sakit.
Lalu hipotesa saya saat menjenguknya itu adalah gangguan saraf. Setelah menjenguk anak usia tersebut, saya kembali mengikuti kegiatan di Sofifi pada tanggal 15 juli 2020.
Setelah menyelesaikan kegiatan di Sofifi, saya kembali dan diberi kesempatan lagi bertemu dengan anak tersebut. Saat itu, saya membawa Krayon untuk mewarnai dan sebuah buku tulis kosong yang saya kasih ke anak tersebut lalu saya mengajarinya untuk mulai menulis.
Sambil memegang tangan kanan anak tersebut lalu kami menuliskan kata I Love You.
Raut wajah senang dan sambil tertawa, di situlah niat hati tergerak untuk bisa membantu anak ini kembali bangkit, agar dia bisa kembali bermain dengan anak seusianya. Bahkan saya mengingkan kalau bisa anak usia ini dapat kembali lagi mengenyam Pendidikan.
Saya memotivasinya untuk tetap semangat dalam kehidupan ini. “Ayoo Emang harus semangat dan sembuh biar bisa bermain dengan Dzikir (nama adik saya).”
Sejak tanggal 15 Juli, saya menyisipkan waktu untuk sering datang berkunjung ke rumah Emang dan menanyakan perkembangan kabarnya, melihat ada beberapa luka di bagian kiri kepala, serta darah di bagian bibir, saya berusaha berpikir positif kalau itu luka jatuh.
Saya belum bisa menarik kesimpulan dari apa yang terjadi di adik Emang ini, dengan kondisi yang dialaminya yang sampai merenggut sebagian atau bahkan menghancurkan masa depannya. Tapi, saya yakin Tuhan pasti punya cara yang indah terhadap semua yang terjadi.
Emang adalah 1 dari 1.000 anak broken home yang saya temui, bahkan anak-anak seperti ini jika tidak mampu mencari jalan keluarnya atau tidak dirangkul dengan baik, maka bisa memicu yang namanya bunuh diri. Realitas korban bunuh diri ini pernah saya temui dan sangat menyiksa batin saya sebagai manusia yang punya simpati terhadap anak-anak.