Jurnalis dan Media Perlu Menggaungkan Keragaman Masyarakat

Avatar photo

Aliansi Jurnalis Independen atau AJI Indonesia, Ichsan Malik Center dan Yayasan Komunitas Indonesia Sejati menyelenggarakan Penghargaan Karya Jurnalistik Isu Keberagaman 2016.

Ketua AJI Indonesia Suwarjono mengatakan AJI mendukung upaya berbagai pihak memperbaiki kondisi dengan mendorong jurnalis menyajikan konten yang lebih berbobot.

“Seperti yang dilakukan Ichsan Malik Center dan Yayasan Komunitas Indonesia Sejati (YAKINS) dengan menyelenggarakan Lomba Karya Jurnalistik Isu Keberagaman 2017,” kata Suwarjono saat penyerahan penghargaan yang diselenggarakan, Rabu (29/3/2017) di Jakarta.

Lomba itu dilaksanakan karena melihat realitas kemajuan teknologi dan informasi tidak serta merta membuat masyarakat pengguna internet semakin kaya pengetahuan dan wawasan. Dalam banyak kasus, air bah informasi justru mendorong polarisasi, picik dan pemikiran yang sempit. Menegasikan keragaman pandangan, suku, agama dan budaya yang menjadi pilar Indonesia.

Penyebabnya, pengakses internet hanya mengakses informasi dan pendapat yang sesuai dengan pemikirannya. Akibatnya, informasi yang disajikan jauh dari fakta, tidak berimbang dan cenderung menghakimi pihak lain. Di sisi lain media sosial menjadi salah satu sumber informasi jurnalis menggali dinamika masyarakat.

“Informasi sepotong-sepotong di media sosial inilah yang harus dihadapi jurnalis saat ini,” kata Suwarjono.

Juara I Kategori Cetak dan Online foto bersama Suwajono (kiri) dan Michaele Tedja (kanan)

 

Agar masyarakat tidak terbawa arus pertempuran di ranah media sosial, Suwarjono mengatakan, jurnalis dan media sangat penting memberikan perspektif di tengah hiruk-pikuk pertengkaran, percakapan karena perbedaan pandangan, dan sikap antikeragaman.

“Jurnalis dan media massa diharapkan menyajikan informasi lebih faktual, berimbang, dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, agar menjadi rujukan masyarakat dalam mengakses informasi,” katanya. “Karena korban isu Anti keberagaman mulai masuk ke kalangan anak-anak harusnya tidak perlu terjadi.”

BACA JUGA

AJI Gelar Workshop Data Driven Journalism di Ternate

Michaele Tedja, Ketua YAKINS mengatakan jurnalis sebagai pembawa berita, pewarta yang mampu memindahkan pengalaman pancaindera dan pengalaman batinnya ke dalam tulisannya. “Jurnalis bisa mengambil peran memperbaiki kondisi ini dengan Jurnalis terus menggaungkan toleransi dan keberagaman,” katanya menambahkan.

Dr Ichsan Malik, Ketua Ichsan Malik Center untuk Dialog dan Perdamaian, mengemukakan dengan menyadari kebinekaan sebagai kekuatan bangsa, “Kita berkemampuan menghindarkan diri dari spiral kekerasan.”

Lomba Karya Jurnalistik Isu Keberagaman itu diikuti 230 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Sumatera, Sulawesi, Yogyakarta dan Jakarta di antaranya.

Foto bersama para nominasi dan pemenang Lomba Keberagaman

 

Pada lomba ini, para jurnalis tidak hanya memotret keberagaman dan toleransi agama yang berkembang di masyarakat, tapi juga fakta-fakta lain keragaman gender yang masih menjadi tantangan di Indonesia.

Ati Nurbaiti, Redaktur Senior The Jakarta Post, salah satu juri lomba mengatakan setelah membaca karya-karya perserta, tidak cukup hanya menangis, marah atau terharu.

Ia mendorong lebih banyak penulis, pewarta dan media, menyuarakan isi hati dan pengalaman mereka yang tertindas oleh upaya pemaksaan keyakinan, yang sering berkelindan dengan kepentingan politik.

Ia mendorong jurnalis dan media mendukung segala upaya untuk meningkatkan jaminan kebebasan berpikir, berpendapat dan berkeyakinan, agar tidak ada lagi warga negara yang harus ketakutan seperti dikejar teroris. Bahkan terusir sampai hari ini dari kampungnya sendiri.

“Kisah-kisah (yang diangkat para pemenang) ini mengingatkan betapa beradabnya masyarakat kita meski banyak berita tentang upaya penyeragaman,” katanya.

Berikut daftar pemenang I, II dan III serta nominasi kategori online dan cetak. Karya pemenang dan nominasi telah dibukukan berjudul Keragaman: Merawat Bangsa Lebih Beradab.