Tren Kasus Corona di Ternate yang Terus Meningkat

Avatar photo
Tren kasus corona di Ternate. (Kieraha.com)

Tren kasus corona Covid-19 di Kota Ternate, Maluku Utara terus mengalami peningkatan. Tiga hari ini hasil pemeriksaan tidak banyak karena TCM dalam proses perbaikan ruangan.

Meski demikian jika melihat perbandingan peningkatan kasus di kota pulau kecil itu, maka butuh hitungan yang terukur dan pasti untuk dijadikan dasar pengambilan setiap kebijakan.

Data Rorano Maluku Utara menunjukkan, jumlah kasus yang terkonfirmasi pada awal Maret 1 orang namun di bulan April terdapat tambahan 19 sehingga menjadi 20 orang.

BACA JUGA

Data Sebaran 231 Kasus Corona di Kota Ternate

Kasus positif melonjak tajam pada bulan Mei dengan tambahan 79 kasus baru sehingga totalnya menjadi 99 orang. Sedangkan di bulan Juni sejak tanggal 1 hingga tanggal 19, Ternate mengalami penambahan sebanyak 132 kasus baru dengan total kasus menjadi 231 orang.

BACA JUGA  Kejati Maluku Utara Didesak Periksa Rektor IAIN Ternate

“Sangat mungkin lonjakan kasus di Ternate ini dipengaruhi oleh transmisi lokal,” kata Asgar Saleh, Ketua Rorano Maluku Utara, saat dihubungi kieraha.com, Sabtu 20 Juni 2020.

Pria yang aktif mengamati perkembangan kasus virus corona dan masalah kesehatan di Maluku Utara itu menyebutkan, peningkatan kasus ini terlihat dari jumlah reaktif rapid test.

“Jika tambahan kasus per hari tetap seperti ini maka diakhir Juni, sangat mungkin Ternate memiliki 150 (total kasus baru),” lanjut Asgar.

Asgar mengemukakan, jumlah peningkatan kasus di Ternate kemungkinan dapat terjadi karena angka reaktif rapid test masih terus meningkat sesuai hasil dari tracing kontak.

BACA JUGA  Waspada Peningkatan Aktivitas Gunung Gamalama di Ternate

Selain itu, kata Asgar, masih ada puluhan spesimen hasil swab yang tertahan, di BTKL PP Manado maupun di RSUD Chasan Boesoirie karena dua mesin TCM tidak beroperasi.

Dengan kondisi demikian, Ketua Rorano Maluku Utara ini meminta keseriusan semua pihak untuk menangani aspek kesehatan, terutama pemutusan rantai penularan virus tersebut.

“Yang paling berbahaya dari virus ini adalah kecepatan penyebarannya. Kita selalu tertinggal karena ketiadaan alat maupun waktu tunggu yang lama. Padahal kecepatan penegakan diagnostik adalah senjata utama melawan kecepatan sebaran virus ini,” jelasnya.

Irawan Lila
Author