96 Anak Usia Sekolah di Maluku Utara Positif Corona

Avatar photo
Ilustrasi pendaftaran siswa baru. (Liputan6.com)

Sebanyak 96 anak-anak usia sekolah di Maluku Utara terkonfirmasi positif virus corona Covid-19. Usia rata-rata anak terinfeksi Covid-19 ini, antara 6 sampai dengan 17 tahun.

Hal tersebut disampaikan dr Alvia Assagaf, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Maluku Utara, saat memberikan keterangan pers perkembangan kasus, Selasa 11 Agustus.

Alvia mengemukakan, kasus anak positif Covid-19 ini tidak hanya di Provinsi Maluku Utara. Kasus yang cukup tinggi tersebut terjadi secara nasional di Indonesia.

“Sehingga Ikatan Dokter Anak Indonesia tidak setuju dengan rencana pemerintah (di Maluku Utara) mengaktifkan kembali sekolah dengan belajar mengajar tatap muka,” ujar Alvia.

Menurut Alvia, Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI telah mengeluarkan surat dengan penuh pertimbangan untuk menganjurkan kepada pemerintah agar metode pembelajaran di sekolah tetap dilaksanakan secara daring.

“Meski banyak keluhan dari orangtua terkait penerapan sekolah secara online, baik itu kerepotan mengontrol anak saat belajar hingga biaya pulsa untuk paket data yang cukup berat. Namun, dikhawatirkan hal terburuk adalah kematian yang akan menimpa anak jika terpapar Covid-19,” katanya.

1 Anak Asal Tidore Meninggal

Alvia mengemukakan, hingga saat ini kasus terkonfirmasi Covid-19 di Maluku Utara masih bertambah. Dari jumlah anak yang terinfeksi corona, sudah ada 1 anak yang meninggal.

“Ini dialami oleh salah satu bayi di Kota Tidore Kepulauan. Di usia nya yang dua bulan, ia meninggal dengan status terkonfirmasi positif Covid-19,” tambah Alvia.

Bayi tersebut kata Alvia, mengalami gangguan kelainan dibawa sejak lahir, kondisi itu diduga menurunkan imunitas tubuh sehingga terjangkit Covid-19.

Menghindari peningkatan kasus Covid-19 pada anak-anak di Maluku Utara, Ketua IDI Wilayah Malut ini, meminta kepada Cabang IDI kabupaten kota di Maluku Utara dengan melibatkan dokter anak untuk mengadvokasi kepala daerah masing-masing wilayah.

“(Ini dilakukan) agar dapat mempertimbangkan sekolah tatap muka,” sambung dia.

Irawan Lila
Author