Begini Cara Menangkal Radikalisme dan Terorisme di Maluku Utara

Avatar photo
Hasbi Pora. (Yadi Ismail/kieraha.com)

Badan Nasional Pencegahan Terorisme atau BNPT menggelar kegiatan perempuan teladan, optimis dan produktif perempuan TOP viralkan perdamaian dalam pencegahan radikalisme dan terorisme, di Ternate, Maluku Utara, pada Senin, 17 Oktober 2022.

Mengupayakan pencegahan radikalisme dan terorisme melalui pendekatan keluarga khususnya perempuan, BNPT bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme atau FKPT Maluku Utara melibatkan 100 orang perempuan dari berbagai organisasi di Maluku Utara, serta eks narapidana kasus terorisme atau napiter.

BACA JUGA Guru P3K Pertanyakan Tunggakan Gaji 6 Bulan di HUT Provinsi Maluku Utara

Ketua FPKT Hasbi Pora mengatakan, terorisme dan radikalisme merupakan pelanggaran HAM yang dapat mengancam seluruh umat manusia, maka harus menjadi tanggungjawab bersama.

“Dalam memerangi radikalisme dan terorisme, tidak hanya tanggungjawab BNPT atau FKPT dan pemerintah, namun sudah menjadi tanggung jawab seluruh pihak. Radikalisme dan terorisme merupakan kejahatan luar biasa dan melanggar Hak Asasi Manusia atau HAM. Jadi kita harus bersatu memeranginya karena hal ini akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan,” ucap Hasbi dalam sambutannya di Hotel Vellia, Kelurahan Perumnas, Kecamatan Ternate Selatan.

Menurutnya, radikalisme dan terorisme harus diberantas sampai ke akar-akarnya, kedudukan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat perlu dilibatkan. Oleh karena itu, katanya, perempuan berada pada posisi yang sangat vital dalam memerangi aksi radikalisme dan terorisme.

“Hal ini penting karena perempuan sebagai ibu pendidik pertama dan utama sekaligus figur yang didengar dan berpengaruh dalam keluarga menjadi teladan untuk anak-anaknya agar menjadi anak yang diharapkan sebagai penerus cita-cita bangsa,” ujarnya.

Hasbi mengatakan, perempuan TOP ini diarahkan untuk bisa menggunakan media sosial secara bijak dan dapat menyuarakan perdamaian dengan menggunakannya untuk menyuarakan perdamaian, toleransi dan nilai-nilai harmoni.

Kasubdit Kerjasama Asia Pasifik dan Eropa BNPT, Sus Harianto menyatakan, hasil survei BNPT pada 2019 menyebutkan bahwa faktor yang paling efektif dalam mereduksi potensi radikalisme secara berturut-turut adalah diseminasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan keluarga pada anak.

“Perempuan memiliki posisi sangat vital dalam keluarga bahkan dalam masyarakat secara lebih luas. Perempuan memiliki peran strategis dalam membentengi keluarga dan masyarakat dari segala bentuk penyebaran dan ajakan kelompok radikal terorisme. Seorang Ibu bisa menjadi partner dialog anaknya,” ujarnya.

Sebagai seorang istri, katanya, perempuan bisa menjadi partner diskusi suaminya dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam pemahaman ajaran agama. Perempuan diharapkan bisa menjadi filter awal dari setiap kejanggalan yang ditemukan dalam keluarga masing–masing.

Dia bilang, proses penanggulangan terorisme tidak bisa dilaksanakan hanya oleh aparatur keamanan semata dibutuhkan sinergi yang kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat tanpa terkecuali, karena bahaya terorisme menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan, status sosial, suku, ras dan agama tertentu.

“Kami mendorong simpul-simpul organisasi perempuan yang hadir pada kegiatan ini untuk mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisir massa dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama melawan segala bentuk paham dan propaganda kelompok radikal terorisme setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing-masing,” tambahnya.