Cara Maluku Utara Memulihkan Industri Pariwisata di Era Pandemi

Avatar photo
Titik nol Landmark Ternate. (Hairil Hiar)

Pandemi corona kurang lebih 6 bulan di Maluku Utara berdampak serius terhadap industri pariwisata. Kerugian akibat wabah virus Covid-19 ini ditaksir mencapai Rp 2 miliar per hari.

Dampak kerugian itu terjadi di penyedia jasa perhotelan, restoran dan cafe, rumah makan, dan pelaku kuliner lainnya. Begitu pun usaha transportasi pariwisata seperti mobil dan speedboat, usaha pijat tradisional, salon dan spa, serta tempat hiburan malam dan seni.

“Pengaruh terhadap pelaku usaha dan ekonomi kreatif ini jumlahnya mencapai 5.600 orang,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Utara, Tahmid Wahab, ketika dikonfirmasi kieraha.com, di Hotel Surya Pagi, Kecamatan Ternate Tengah, Kamis, 27 Agustus 2020.

Selain itu, dampak pandemi ini membuat industri pariwisata di provinsi kepulauan itu menjadi sepi pengunjung. Akibatnya tingkat pendapatan dan penghasilan pelaku industri pariwisata menurun dengan sangat drastis.

“Ini membuat para pelaku usaha melakukan PHK dan merumahkan sebagian besar karyawan akibat pembebanan tagihan listrik, air, pajak, dan gaji karyawan,” katanya.

“Bahkan presentase kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara di Maluku Utara dalam kurung waktu Maret hingga Agustus 2020 turun hingga 99 persen,” lanjut dia.

Tahmid menyatakan, industri pariwisata di sektor formal dan informal di Maluku Utara ini, pada kondisi normal memiliki kontribusi besar terhadap pemasukan pendapatan daerah.

Meski begitu, Ia tidak merincikan besaran konstribusi pemasukan terhadap daerah itu.

Tahmid menambahkan, sesuai data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI, mencatat secara nasional kerugian industri pariwisata akibat pandemi corona ini mencapai 1,5 miliar US dollar, atau setara Rp 21 triliun hingga Rp 22 tirliun per harinya.

“Sementara dampak secara global sesuai data Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council) mencatat 50 juta orang kehilangan pekerjaan,” sebut Tahmid.

Cara Memulihkan Pariwisata Malut
Tujuan wisata puncak di Tidore. (Hairil Hiar)

Atas kondisi tersebut, Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Utara, lanjut Tahmid, menyiapkan langkah-langkah strategis, di antaranya mendukung terciptanya ekosistem yang sehat dan kondusif untuk berinvestasi, termasuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan.

Pembenahan dan penataan destinasi wisata di 10 kabupaten kota di Malut, memberikan sosialisasi, edukasi dan training terkait pentingnya protokol kesehatan Covid-19 di era normal baru, merancang konsep promosi dan pemasaran yang efektif dan efisien, serta mitigasi dan gerakan program inovasi Maluku Utara bersih, indah, sehat, dan aman.

“Selain itu, membantu meringankan beban pekerja pariwisata dan komunitas pelaku ekonomi kreatif dengan memberikan keringanan bayar pajak daerah, memberikan suntikan modal terhadap pelaku UKM dan komunitas ekonomi kreatif,” katanya.

Irawan Lila
Author