Gua Melissa, begitu banyak orang di Halmahera Timur, Maluku Utara, menyebutnya. Nama gua ini, siapa yang tahu, ternyata diambil dari nama wanita asal Amerika Serikat.
“Wanita ini mempunyai keahlian di bidang botani,” kata Puji Waluyo, Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, kepada KIERAHA.com, Minggu (22/1/2017).
Puji menceritakan sebelumnya pada 2011 peneliti dari LIPI melakukan penelitian tentang botani di kabupaten setempat. Mereka mengambil sample di kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata.
“Dari beberapa peniliti itu salah satunya Melissa. Pada saat Ia melakukan eksplorasi tumbuhan di hutan sekitar desa Binagara, tanpa disadari, lokasinya ada gua. Ia tertarik dan ingin tahu di dalamnya, kemudian memutuskan masuk didampingi Rozi (local guide),” kisahnya.
Puji mengemukakan setelah keduanya masuk ternyata gua itu belum mempunyai nama, dan Melissa merupakan orang yang pertama kali memasuki gua tersebut, sehingga diputuskan untuk diberikan nama gua Melissa.
Menurut Puji, selain gua Melissa di kawasan taman nasional, Kabupaten Halmahera Timur, juga terdapat beberapa gua lainnya. Gua Kulintang, Havo dan gua Paniki (Kelelawar) di antaranya.
Gua Melissa terletak di blok Aketajawe, Kecamatan Wasile Selatan. Akses menuju gua ini, kata dia, sangat mudah karena mobil atau motor bisa masuk sampai batas luar kawasan taman setempat.
Rute perjalanan dapat dilakukan dari Kota Ternate-Sofifi melalui jalur laut dengan menggunakan speedboat yang memakan waktu kurang lebih 45 menit.
Kemudian perjalanan dilanjutkan dari pelabuhan Sofifi menuju desa Binagara melalui jalur darat menggunakan mobil carteran atau kendaraan roda dua. “Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dari Sofifi-Desa Binagara ini mencapai 2 jam,” kata Puji.
Menara Pisa
Puji mengemukakan lokasi gua Melissa sangat aman dikunjungi siapapun, baik anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Gua ini mempunyai lebar rongga gua kurang lebih 15 sampai 17 meter. Di dalam Gua Melissa banyak dihuni kelelawar-kelelawar kecil.
Menurut Puji, pada ujung pangkal gua ini sejauh kurang lebih 30 meter dari mulut gua, terdapat stalagtit yang besar dan menyerupai menara pisa di Italia.
“Pada permukaan stalagtit tersebut seperti permukaan terumbu karang yang ada di laut. Bahkan rongga gua pada ujung pangkal gua Melissa ini cukup luas. Rongga ini bisa memuat sebanyak 20 orang yang memasukinya. Setiap orang yang memasuki rongga ini akan langsung merasakan udara dingin dan lembab,” katanya.
Selain itu, sambung Puji, terdapat mulut gua Melissa lainnya. Mulut gua ini sangat kecil dan sempit. Mulut gua ini bisa dimasuki oleh seorang saja dengan postur tubuh yang ramping.
“Karena mulut gua ini berupa lorong kecil yang memanjang sejauh 20 meter dan cara memasukinya harus merayap dari mulut gua sampai masuk ke dalam gua Melissa. Mulut gua ini tembus pada bagian pangkal ujung gua Melissa. Bagi orang yang berbadan besar (gemuk) tidak disarankan untuk memasuki gua Melissa melalui mulut gua ini, karena ditakutkan tersangkut di tengah-tengah rongga gua,” Puji Waluyo memungkasi.