Derita Peserta Mancing Internasional Halmahera

Avatar photo

Event Widi International Fishing Tournament atau WIFT 2017 di Kabupaten Halmahera Selatan, meninggalkan kesan tak baik bagi peserta mancing mania dan tamu undangan. Sebagian besar pengunjung yang hadir mengeluhkan pelayanan dan fasilitas yang disediakan pemerintah kabupaten dan provinsi Maluku Utara.

Lomba mancing yang terlaksana selama dua hari di laut perairan Kepulauan Widi itu hanya menambah penderitaan warga nelayan di Pulau Daga Kecil. Akses informasi dan telekomunikasi begitu sulit, bahkan beberapa fasilitas sudah rusak sebelum lomba memancing ikan terbesar pertama kali di Indonesia itu terlaksana.

“Jaringan tidak ada sama sekali, padahal sebelum ke sini kita sudah diberitahu di pulau ini sudah dipasangkan jaringan untuk akses internet dan telepon. Tetapi selama dua hari di sini tidak ada jaringan telekomunikasi sama sekali,” kata Rendy, salah satu peserta club mancing dari Amerika Serikat atau AS Fishing, ketika disambangi, Sabtu sore jelang magrib, 28 Oktober 2017.

BACA JUGA

Senjakala Kampung Nelayan Usai Lomba Mancing Halmahera

Dia mengatakan akses telekomunikasi merupakan hal utama yang perlu diperhatikan panitia lomba mancing internasional itu. “Sudah dua hari di sini saya belum kasih kabar kepada keluarga. Saya takut mereka khawatir,” ujar Rendy.

Peserta mancing saat kesulitan jaringan telekomunikasi

Dia mengemukakan, beberapa permasalahan yang ditemui peserta mancing saat berada di Pulau Widi. Pada hari pertama di lokasi mancing, peserta tidak bisa mengikuti lomba karena kapal yang disediakan panitia terlambat angkut BBM.

“Kalau untuk kendala lain memang sudah biasa. Kami (peserta mancing) sudah terbiasa makan dan tidur di mana saja. Yang terpenting jaringan komunikasi dan kebutuhan BBM kapal itu yang perlu dipersiapkan sejauh mungkin,” kata Rendy.

“Kalau makan kita juga punya makanan cadangan. Itu kita bawa untuk persiapan. Bisa untuk jaga-jaga kalau makanan telat dimasak atau saat pulang mancing.”

Hal senada dikatakan Rudi, peserta mancing asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam club mancing Bultap Fishing, semua pelayanan dan fasilitas yang disediakan panitia sudah cukup bagus, tetapi kendalanya yaitu jaringan telekomunikasi yang dijanjikan Panitia WIFT terhadap peserta tidak terpenuhi. “Jaringan saja yang buat kita sulit komunikasi,” tambahnya.

Kapal nelayan untuk peserta mancing

Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba ketika dihubungi, mengaku kecewa dengan pelayanan panitia yang tidak sesuai kondisi di lokasi.

“Terus terang saya kecewa. Seharusnya kalau tidak ada bilang saja tidak. Kalau sudah begini mau bagaimana. Apalagi itu peserta yang keluhkan,” kata Gani.

“Yang saya khawatirkan itu jangan sampai peserta dari luar negeri ini kecewa dengan pelayanan panitia, sehingga setelah mereka kembali tidak mau lagi datang ke sini (Kepulauan Widi). Makanya saya kecewa setelah turun melihat langsung.”

Selain jaringan masalah tersebut, masih terdapat kekurangan lainnya yang ditemui. Di antaranya kamar mandi dan WC umum untuk tamu undangan di luar peserta mancing sebelum digunakan sudah rusak berat. Beberapa toilet yang dibangun Dinas Perumahan Rakyat dan Pemukiman provinsi itu tidak bisa digunakan saat buang air.