Desa Terpencil di Halmahera Dapat Ilmu Cegah Corona dan Atasi Krisis Pangan

Avatar photo
Tim Ekspedisi Econusa. (Kieraha.com)

Tim Ekspedisi Maluku melakukan penyuluhan mengenai pencegahan dan dampak virus Covid-19, di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Kegiatan yang dihelat ini dirangkai dengan festival kampung dan pemeriksaan kesehatan.

Ekspedisi ini menyasar sejumlah desa terpencil yang selama ini kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan maupun provinsi dan pemerintah pusat.

Pengamatan kieraha.com, dalam kegiatan ini warga diberi pengetahuan mengenai apa itu virus corona dan perilaku hidup sehat serta mengatasi krisis pangan di masa pandemi ini.

Direktur Eksekutif Econusa Indonesia Bustar Maitar mengatakan ekspedisi di wilayah Maluku Utara ini merupakan bagian dari hajatan bersama antara Econusa dan Pakativa. Kegiatan ini memberikan semangat kepada masyarakat di wilayah terpencil tersebut.

Bustar menjelaskan, perhatian terhadap masyarakat yang rentan dampak virus Covid-19 ini karena sebagian besar wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Halmahera belum memiliki fasilitas kesehatan dan didukung tenaga medis yang memadai. Bahkan di sebagian wilayah tersebut tidak ada tenaga kesehatan yang setiap saat berdiam di wilayah desa setempat.

“Kondisi ini sangat rentan dan fatal apabila ada warga yang terpapar (atau positif virus Covid-19). Sehingga konsultasi Covid-19 dan dampak pandemi ini kami lakukan” lanjut Bustar.

Atasi Krisis Pangan
Produk minyak kelapa Desa Samo. (Kieraha.com)

Bustar mengemukakan, selain dampak Covid-19 terhadap kesehatan warga di wilayah terpencil itu, Tim Ekspedisi juga menyasar keberadaan pangan lokal akibat pandemi.

Di lokasi yang disinggahi ini terdapat beberapa bahan pangan yang masih ada hingga saat ini. Meski mulai berkurang karena perluasan lahan perkebunan warga namun masih dapat mencukupi kebutuhan warga di desa. Bahkan pengolahan bahan pangan ini pun mulai bergeser ke cara-cara yang modern. Ini terlihat ketika beberapa warga desa di Samo mengolah batang pohon sagu menjadi sagu tumang.

Warga Desa Samo, Rusly Haji Abas, juga mengatakan sejauh ini banyak bantuan bibit pangan diberikan kepada warga desa. Namun bantuan dari pemerintah itu tanpa sosialisasi dan pembinaan sehingga program pangan tidak bisa dilaksanakan oleh warga masyarakat.

“Contoh seperti tahun 2019, banyak sekali bantuan bibit jagung yang diberikan kepada masyarakat tapi akhirnya terbuang percuma saja. Ini terjadi karena masyarakat tidak tahu caranya. Jadi bantuan diberikan tapi tidak disertai sosialisasi dan pembinaan,” ujarnya.

Sementara itu terkait dampak pandemi corona terhadap kesehatan warga dan krisis pangan ini tidak terjadi di wilayah Desa Samo, Kecamatan Gane Barat Utara, Halmahera Selatan.

“Juga karena kegiatan pengembangan pangan di Samo ini sudah berjalan sebelum Covid. Dan hasil dari pengembangan pangan ini sudah membuahkan hasil yang dinikmati,” lanjut Rusly.

Rusly menambahkan, ketersediaan bahan pangan lokal bagi masyarakat Samo ini sudah lama. Namun baru dikembangkan oleh warga desa karena dukungan dan bimbingan dari Perkumpulan Pakativa yang mulai masuk ke Desa Samo sejak bulan Februari 2019.

“Hasil pengolahan pangan dari bimbingan Pakativa ini bisa mencukupi kebutuhan keluarga, misalnya beras padi itu bisa 5 sampai 6 bulan kedepan baru habis. Begitu juga dengan minyak kelapa goreng dan VCO (Virgin Coconut Oil), serta gula merah yang mulai kami produksi dengan kemasan yang cukup bagus untuk pengembangan pemasaran,” jelasnya.

Rusly mengatakan apa yang ditanam dan sudah dihasilkan itu bukan untuk siapa-siapa tapi untuk warga desa setempat. Sehingga dengan adanya dukungan Pakativa ini kedepan bisa menjadikan Samo sebagai Desa Pangan dan sekaligus contoh bagi yang lain.

Kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan secara gratis yang dilakukan Tim Ekspedisi Maluku dan Perkumpulan Pakativa ini sebelumnya berlangsung di Desa Gane Dalam. Kemudian Desa Samo, Posi Posi, Gumira, Pasir Putih di Pulau Kayoa, dan Desa Samsuma di Kecamatan Pulau Makean. Fokus kegiatan di wilayah ini dimulai sejak 26-31 Oktober 2020. Setelah dari wilayah pesisir dan pulau kecil ini, Tim Ekspedisi melanjutkan perjalanan menuju Pulau Tidore, Ternate dan selanjutnya Ambon.