Dilema Maluku Utara Membuka Sekolah di Tengah Pandemi Corona

Avatar photo
Proses belajar tatap muka siswa SD di Ternate saat pandemi corona dengan status risiko sedang. (Sahrul Jabidi)

Nurbaya masih khawatir. Dua anaknya yang saat ini berada di bangku Kelas 2 SD dan Kelas 1 SMP, di Kota Ternate, Maluku Utara akan mengikuti kegiatan belajar tatap muka di sekolah.

Ibu 4 anak itu khawatir karena kegiatan belajar mengajar tersebut masih berlangsung di masa pandemi. Dengan status penularan corona terhadap warga di kota itu masih rawan.

“Mau bagaimana, kalau memang sudah diputuskan belajar tatap muka di sekolah diaktifkan. Sebagai orangtua, kami ingin yang terbaik buat anak-anak,” kata Nurbaya, ketika disambangi kieraha.com, di Kelurahan Sangaji, Ternate Utara, Rabu 12 Agustus.

Nurbaya menjadi dilema antara keputusan membiarkan anaknya masuk sekolah atau tetap dengan keputusan awal mengikutkan anaknya belajar secara daring dari rumah.

Dina, salah satu orangtua siswa SD, punya pandangan yang berbeda terkait proses belajar mengajar tersebut. Baginya, dibukanya sekolah bisa membangkitkan kembali semangat anaknya untuk belajar. Karena selama 6 bulan terakhir di masa pandemi itu membuat anaknya tidak bisa bersekolah.

Dina mengatakan metode daring yang diterapkan pemerintah sudah mewakili proses belajar anaknya. Namun, menurut Dina dengan kondisi yang terjadi terus menerus seperti itu, saat ini membuat anaknya jenuh, bahkan sudah tidak belajar lagi dan hanya bermain game.

“Memang bagus, karena tujuannya itu untuk menghindarkan anak-anak dari ancaman penularan virus corona. Namun ini sudah terlalu lama, anak-anak saya sudah jadi malas. Jadi kalau memang pembelajaran di sekolah dibuka ya bagus. Yang penting Gugus Tugas dan Sekolah bisa terapkan protokol kesehatan, dan bisa mengawasi anak-anak ini,” ujar Dina.

Isman Dano Idris, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI di Kota Ternate mengaku, proses belajar mengajar lewat daring di wilayah tersebut sejauh ini berjalan baik.

Menurut Isman, PGRI Kota Ternate sendiri sudah menyiapkan skema pembelajaran tersebut yang lebih baik dari penerapan pembelajaran daring yang sudah berlangsung saat ini. Yang itu PGRI sudah diusulkan ke Dinas Pendidikan Ternate sejak bulan lalu.

Antara Daring atau Tatap Muka di Sekolah
Ketua PGRI Ternate. (Sahrul Jabidi)

Isman menyatakan, melihat perkembangan kasus positif Covid-19 yang masih terkonfirmasi di Ternate, Maluku Utara saat ini, pihak PGRI justru memilih kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan lewat daring. Untuk menghindarkan anak-anak dari ancaman virus.

“Sikap PGRI tentunya menolak pembelajaran tatap muka di sekolah. Karena status pandemi Covid-19 di Ternate masih pada posisi rawan atau dengan satus zona oranye,” ucap Isman.

Dengan status pandemi yang masih pada zona rawan, maka PGRI meminta pemberlakuan belajar mengajar tatap muka yang rencana berlangsung 17-18 Agustus itu ditangguhkan.

Metode belajar daring lewat rumah masing-masing siswa itu selain diakui membuat jenuh para siswa tersebut, juga terdapat alasan lain dari beberapa orangtua siswa yang belum paham menggunakan aplikasi yang diberikan oleh pihak guru dari masing-masing sekolah.

Bahkan, tidak sedikit orangtua yang mengeluh kuota pulsa data yang harus terisi setiap saat. Kalau tidak maka pembelajaran secara online lewat jaringan internet itu tidak bisa diakses.

Adanya keluhan tersebut, membuat pihak Gugus Tugas Covid-19 dan Dinas Pendidikan Kota Ternate melakukan rapat secara teknis pada 11 Agustus 2020. Rapat ini membahas rencana diaktifkan kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah di wilayah itu.

Hasil rapat tersebut menghasilkan kebijakan dilakukannya simulasi belajar tatap muka di 12 sekolah SD dan SMP di wilayah Kecamatan Ternate Utara, Tengah, dan Ternate Selatan.

Anggota DPRD Nurlela Syarif mengemukakan, berdasarkan arahan dari Pemerintah Pusat, pembelajaran tatap muka ini diawali tingkat SMA-SMP, setelahnya baru tingkat SD-PAUD.

“Tetapi kalau pihak kepala daerah atau OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait, merasa hasil evaluasi dan pemetaan belajar tatap muka ini cenderung dilaksanakan maksimal, maka tidak masalah kalau dimulainya kegiatan belajar mengajar tatap muka tersebut,” katanya.

Bagi Nurlela, yang terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah di wilayah kota itu tetap patuh pada protap kesehatan pencegahan wabah Covid-19.

“Agar penerapannya tidak kecolongan maka perlu melibatkan orangtua siswa,” jelasnya.

Kepala Oprasional Gugus Tugas Covid-19 Kota Ternate, M Arif Gani menyatakan, rencana diaktifkannya kembali proses belajar mengajar di sekolah itu sudah siap dilaksanakan.

Kesiapan itu, kata Arif dilihat saat melakukan observasi langsung ke sekolah sejak 12 Agustus kemarin. Kesiapan tersebut meliputi tempat cuci tangan, masker, disinfektan, dan hand sanitizer. Selain itu, pihak sekolah juga sudah menyiapkan ruangan evakuasi darurat.

“Dalam penyelenggaraan sekolah tatap muka ini siswa maupun guru yang ke sekolah harus dipastikan dalam keadaan sehat, jika tidak maka langsung dipulangkan,” katanya lagi.

Guru-Guru Akan Dirapid Test

Arif mengatakan pihak gugus tugas akan menyiapkan pelayanan tim evakuasi yang sewaktu-waktu akan dibutuhkan, bisa digerakkan langsung dari posko gustu ke sekolah.

Sementara, Kordinator Pencegahan Gugus Tugas Covid-19 Kota Ternate, Haji Mohdar Din, meminta agar ada kebijakan gugus tugas untuk setiap guru di sekolah dilakukan rapid test.

“Kita akan dorong agar Guru yang masuk memberikan pelajaran untuk dilakukan rapid test terlebih dahulu, agar penyelenggaraan ini semua terbebas dari virus Covid-19,” katanya.

Ruslan Mustafa, Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kota Ternate, menambahkan, simulasi tatap muka yang direncanakan berlangsung Senin depan itu hanya untuk sekolah-sekolah yang sudah siap.

“Dan itu hanya untuk Kelas 1 (SD maupun) SMP. Simulasi ini dibagi dua shift. Satu shift belajar dengan durasi waktu 1 jam, dimulai pukul 08.00-09.00 WIT, dan kemudian shif 2 dimulai dari pukul 09.00-10.00 WIT. Ini supaya antara shift satu dan dua tidak ketemu,” katanya.

Ruslan mengatakan dalam pembelajaran tatap muka ini tetap meminta persetujuan orang tua siswa. Dari Sekolah akan siapkan surat pernyataan untuk orangtua wali murid tersebut.

“Apabila orangtua tidak mau anaknya masuk maka tidak bisa dipaksakan,” tambahnya.

Sahrul Jabidi
Author