Penyebab Longsor Tambang Nikel yang Tewaskan 3 Orang di Halmahera

Avatar photo
Lokasi tanah longsor yang tewaskan tiga karyawan PT BPN di Weda Utara Halmahera Tengah. (Foto istimewa)

Empat orang karyawan PT Bakti Pertiwi Nusantara atau BPN yang beroperasi di wilayah Weda Utara, Halmahera Tengah, tertimbun longsor. Sesaat dalam kejadian sekitar 12 orang karyawan perusahaan tambang nikel itu berada di lokasi KM 15 Gunung Moro Moro, Desa Fritu, Minggu (10/3/2019) malam.

Belasan pekerja subkontraktor ini naik ke lokasi gunung untuk melanjutkan pekerjaan penggarukan material biji nikel. Namun, saat proses pekerjaan berlangsung di lokasi gunung tertinggi wilayah Halmahera Tengah, itu membawa petaka saat hujan melanda.

Akibatnya dua orang pekerja yang sedang mengoperasikan excavator tertimbun material longsor. Sementara salah satu lainnya berhasil selamat dengan kondisi luka-luka. Juga salah satu lainnya dinyatakan hilang tertimbun reruntuhan tanah longsor.

Kapolres Halmahera Tengah AKBP Andri Harianto, mengatakan peristiwa nahas tersebut terjadi pada Minggu dini hari, sekitar pukul 03.00 WIT. “Salah satu korban lainnya yang dikabarkan hilang tertimbun tanah longsor sudah ditemukan oleh tim evakuasi, pada Senin (11/3/2019) pagi, pukul 08.00 WIT,” kata Kapolres, ketika dihubungi Kieraha.com, di Ternate, Senin siang.

Telusuri Penyebab Longsor

Kapolres mengemukakan, saat ini penyidik Polres Halmahera Tengah sedang melakukan penyelidikan. Hasil pemeriksaan saksi belum menemukan penyebab pasti longsor tersebut. Meski begitu, dari 6 saksi yang diperiksa telah memberikan keterangan, bahwa saat kejadian tersebut, lokasi Kilo Meter atau KM 15 Gunung Moro Moro, Desa Fritu, Weda Utara, malam itu diguyur hujan.

“Keenam saksi yang diperiksa ini seluruhnya karyawan PT BPN yang shift malam,” katanya. 

Kapolres mengatakan pemeriksaan terhadap saksi-saksi tersebut untuk mencaritahu SOP (Standar Operasional Prosedur) terkait aktivitas tersebut.

“Yang dimulai dari pemeriksaan saksi-saksi (karyawan PT BPN) yang ada saat kejadian. Baru setelahnya kami akan periksa pihak managemen,” katanya.

Ketiga karyawan subkontraktor PT BPN yang ditemukan tewas atas nama Bayu Hendra Togo (25) warga Fritu dan Anto Pipa (31) warga Desa Waleh, Kabupaten Halmahera Tengah, dan Yusuf Lini (40) asal Toraja, Sulawesi Tengah. Sementara satu korban selamat Novian Sumampau (29) warga asal Manado, Sulawesi Utara, sejak Minggu sore, sudah diterbangkan menuju Manado untuk perawatan medis.

Geoteknik Gunung Moro

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Maluku Utara,  Ruslan M Umar mempertanyakan, teknis keamanan PT BPN yang diterapkan kepada karyawannya. Bagi Ruslan, insiden seperti itu bisa terjadi kapan saja dalam sebuah perusahaan tambang, namun yang utama disiapkan adalah safety.

Safety atau keamanan ini menyangkut pelindungan diri karyawan. Apakah itu sudah diutamakan oleh perusahaan tersebut atau belum. SOP ini harus ada.”

“Sekarang perusahan itu ada SOP-nya atau tidak, kalau ada dijalankan sesuai prosedur atau tidak. Kalau tidak, itu berarti fatal,” lanjut Ruslan, begitu dihubungi Kieraha.com, Senin sore.

Ruslan mengemukakan, kalau sampai ditemukan aktivitas pekerjaan itu tidak didukung dengan standar prosedur yang jelas, maka aktivitas perusahaan bisa dihentikan dengan landasan kematian dari insiden longsoran tanah tersebut.

Ruslan menyatakan, struktur tanah pada lokasi Gunung Moro Moro itu curam dan sangat tinggi. “Sehingga harus ada data kongkrit semacam data geoteknik. Di mana dalam pekerjaan tersebut harus mempunyai data geoteknik, sehingga sistem penambangan yang dilakukan pun sesuai standar dan perencanaan.”

Data geoteknik adalah data kekuatan tanah dan batuan serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban material yang ada di atasnya. “Data geoteknik ini yang belum saya ketahui. Apakah data itu lengkap atau tidak, itu yang perlu ditelusuri lebih dalam,” kata Ruslan. “Insiden longsor yang terjadi biasanya karena daya dukung tanah tidak kuat. Sehingga pada titik-titik tertentu menimbulkan longsoran seperti yang terjadi di Gunung Moro itu.”

“Jadi kerja tambang itu sistem pengamanan–safety–nya harus aman dulu. Karena retaknya tanah di atas permukaan seperti di Gunung Moro itu yang membuat longsor. Sehingga, bagi saya itu safety–nya aman baru bisa kerja, kalau tidak aman tidak boleh. Jangan sampai tidak aman tapi dipaksakan, itu yang fatal,” lanjutnya.

Redaksi
Editor