Maluku Utara Belum Maksimalkan Potensi Perikanan Budidaya

Avatar photo
Larangan menangkap ikan Napoleon. (Kieraha.com)

Perikanan budidaya di Maluku Utara bisa menjadi sektor unggulan, penggerak utama perekonomian dan sumber kesejahteraan masyarakat. Namun tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah.

Menurut data Badan Pusat Statisik, menyebutkan bahwa potensi perikanan budidaya di Provinsi Maluku Utara mencapai kurang lebih Rp 3 ribu triliun per tahun.

BACA JUGA Pandemi Corona dan Illegal Fishing Ancaman Nelayan Kecil di Maluku Utara

“Dengan luas laut 78 persen total wilayahnya, Provinsi Maluku Utara memiliki potensi produksi lestari perikanan budidaya yang sangat besar, nomor dua di Indonesia. Namun hingga kini tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah, baru dua persen dari potensi yang ada,” kata Prof Rokhmin Dahuri, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas IPB, saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Teknis dan Seminar Nasional Sektor Perikanan Budidaya, di Halmahera Barat, Rabu kemarin.

Rokhmin menjelaskan, perikanan budidaya (akuakultur) tidak hanya menghasilkan sumber protein hewani (ikan, krustasea, moluska, dan ivertebrata), tetapi juga bahan berbagai jenis biota perairan lain yang merupakan bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, film, cat, pelapis badan pesawat terbang, biofuel, dan beragam industri lainnya. Bahkan, tanaman pangan (sumber karbohidrat) pun sudah berhasil dibudidayakan di ekosistem perairan laut.

“Secara potensial, perikanan budidaya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi dan menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar,” ujarnya.

Tak hanya itu, lanjut Rokhmin, perikanan budidaya adalah sistem usaha (bisnis) sumberdaya alam (SDA) terbarukan (living resources).

“Maka, bila dikelola dengan inovasi Ipteks dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan, akuakultur akan berlangsung secara berkelanjutan (sustainable development),” kata Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara ini.

Strategi Pembangunan Perikanan Budidaya

Rokhmin memaparkan, strategi pembangunan perikanan budidaya untuk meningkatkan daya saing, pertumbuhan ekonomi inklusif, dan kesejahteraan masyarakat Maluku utara secara berkelanjutan perlu memperhatikan beberapa hal.

Yang pertama, revitalisasi semua unit usaha (bisnis) budidaya laut (mariculture), budidaya perairan payau (coastal aquaculture), dan budidaya perairan darat untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, inklusivitas, dan keberlanjutannya.

Kedua, ekstensifikasi usaha di lahan perairan baru dengan komoditas unggulan, baik di ekosistem perairan laut (kakap putih, kerapu, lobster, dan rumput laut Euchema spp); payau (Udang Vaname, Bandeng, Nila Salin, Kepiting, dan rumput laut Gracillaria spp); maupun darat (nila, patin, lele, mas, gurame, dan udang galah), dan ketiga adalah diversifikasi usaha budidaya dengan spesies baru di perairan laut, payau, dan darat.

“Tidak kalah pentingnya, yang keempat, pengembangan usaha akuakultur untuk menghasilkan komoditas untuk industri farmasi, kosmetik, functional foods and beverages, pupuk, pewarna, biofuel, dan beragam industri lainnya,” sambung Rokhmin.

Ia berharap dengan data-data yang dipaparkan tersebut bisa menggugah pemerintah daerah di Maluku Utara, masyarakat Maluku Utara dan Pemerintah Pusat agar memaksimalkan potensi perikanan budidaya di provinsi kepulauan ini. *

Source: Republika