Karena Cinta Sultan Tidore Bersurat pada Jokowi

Avatar photo

Sultan Tidore Husain Sjah mengemukakan surat terbuka yang disampaikan pada Presiden Jokowi merupakan bentuk kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sultan mengatakan surat tersebut bersifat mengingatkan sebagai sesama saudara dan anak bangsa.

“Surat yang begitu terbuka kepada bapak Presiden itu sebuah bentuk komitmen dan kecintaan saya kepada NKRI maupun kepada Institusi Kepresidenan, bahkan sampai kepada Presiden secara pribadi, bapak Jokowi yang sudah menjadi bagian dari saudara kami. Surat itu bersifat mengingatkan sesama saudara dan anak bangsa, agar kelak nanti negara ini dapat dikelola secara baik-baik, dengan mendatangkan manfaat dan kemaslahatan semua,” ucap Sultan, Jumat, 20 Januari 2017.

Sultan mengatakan rakyat di Maluku Utara memberikan apresiasi yang besar atas upaya pemerintah pusat mendatangkan investor mengelola potensi alam di Pulau Morotai.

“Karena kemudian investor yang didatangkan itu akan membawa manfaat bagi rakyat daerah ini dan umumnya. Tapi selebihnya, sebelum bapak Presiden melakukan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) atau kesepakatan-kesepakatan bersama dengan para investor, sebaiknya bapak Presiden juga membentuk satu tim terpadu antara pemerintah pusat dan daerah, dengan melibatkan khususnya masyarakat dan representasi Kesultanan yang mewakili masyarakat adatnya, sehingga butir-butir kesepakatan yang dibuat, rakyat merasa terwakili,” ucap Sultan.

Sultan mengungkapkan maksud dari rakyat terwakilkan itu berkaitan dengan kepentingan-kepentingan rakyat di daerah setempat yang diikutsertakan. Sehingga tidak menimbulkan masaalah di kemudian hari. “Toh, kalau masaalah itu sampai terjadi berarti sudah menjadi tanggungjawab bersama, tidak hanya bapak presiden, tapi seluruh rakyat ikut bertanggungjawab atas setiap kesepakatan-kesepakatan di dalamnya.”

Belajar dari Pengalaman

Pelabuhan speedboat Daruba Morotai. (KIERAHA.com)

Menurut Sultan, sudah banyak yang Ia lihat dan diamatinya pada setiap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat di berbagai daerah, terkadang tidak melibatkan masyarakat lokal yang sudah lama mendiami tempat yang menjadi tujuan dari para investor.

Sultan berharap daerah Maluku Utara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam yang menarik minat investor asing saat ini, seperti di Pulau Morotai, dapat dikelola dengan tidak menafikan atau mengorbankan alam dan kehidupan masyarakat setempat.

“Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada setempat di mana mereka berinvestasi, diharapkan tidak terjadi ketimpangan. Karena (investasi) yang selama ini ada (di Maluku Utara) selalu ada persoalan itu. Investor masuk, dan kemudian selesai beraktivitas atas usaha-usahanya, mereka pergi, selebihnya justru rakyat lebih menderita dari kehidupan sebelumnya. Kemudian alam juga sudah tidak bisa diperbaiki karena membutuhkan proses waktu beratus tahun untuk kembali melakukan perbaikan terhadap sumber daya alam yang telah dirusak,” katanya.

“Pada prinsipnya, investasi dalam bentuk apapun, harus benar-benar investasi yang memberikan manfaat kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Adapun tujuan investor, kita tidak akan memungkiri bahwa investor juga mencari keuntungan. Tapi kemudian keuntungan yang mereka dapatkan itu jangan mengorbankan alam dan masyarakat,” sambungnya.

“Di situ titiknya yang saya ingin berikan perhatian dan ikhtiar kepada bapak Presiden dan seluruh jajaran yang ada di pemerintah pusat maupun daerah setempat. Di situlah yang mungkin menjadi perhatian bersama untuk kita semua,” Sultan Tidore Husain Sjah memungkasi.​