Kala Mati Lampu Saat Gempabumi dan Isu Sirine Bunyi di Morotai

Avatar photo
Foto warga yang mengungsi. (BPBD Morotai/Kieraha.com)

Kamis, 7 Februari 2019, pukul 19.03 WIT, gempabumi kembali mengguncang Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Analisis BMKG menyebutkan, gempa tersebut berkekuatan 5,3 Skala Richter (SR) dan tidak berpotensi tsunami.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengemukakan, gempabumi di Pulau Morotai dirasakan cukup kuat dengan intensitas III MMI.

Episenter gempabumi ini terletak pada koordinat 2,27 LU dan 128,75 BT, atau berlokasi di laut pada jarak 54 km arah Timur Laut Daruba, kedalaman 13 km.

Kepala Pelaksana BPBD Pulau Morotai Dalik Gafur, mengatakan gempa susulan yang terjadi Kamis jelang malam WIT tersebut membuat warga panik.

“Gempa ini membuat warga masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah. Warga masyarakat dari beberapa Desa pesisir Pulau Morotai akhirnya memilih mengungsi ke daratan yang lebih tinggi, di rumah kebun dan rumah-rumah warga yang berada di ketinggian dan bukit-bukit sekitar Desa,” ujar Dalik.

Dalik menyebutkan, warga Desa yang mengungsi mencapai ratusan. “Mereka di antaranya berasal dari Desa Sangowo, Sangowo Barat, Wewemo, Sakita, Loleo Jaya, Tanjung Saleh, Kenari, Bere Bere, Goahira, dan Maba,” lanjut Dalik.

Mati Lampu dan Isu Sirine Bunyi

Dalik menceritakan, saat gempabumi, malam itu bertepatan dengan mati lampu. Ini membuat warga dari Desa Loleo Jaya hingga Desa Maba, Morotai, tambah panik. Juga, saat terjadinya gempabumi tersebut, warga mendengar ada informasi kalau air laut naik dan sirine peringatan tsunami di Desa Kenari berbunyi. “Padahal info sirine bunyi itu tidak benar,” kata Dalik.

Dalik mengimbau, kepada warga masyarakat di Pulau Morotai agar tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan isu-isu yang tidak benar, alias hoaks.

Hingga Jumat (8/2/2019), kata Dalik, BPBD masih melakukan pendataan jumlah warga yang memilih bertahan di tempat pengungsian. “Juga berkaitan dengan rumah-rumah atau bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempabumi,” sambung Dalik.

Author: Irawan Lila

Editor: Redaksi