Meski begitu, metode gusungi dalam menentukan awal Ramadan secara turun temurun di Kota Ternate itu, sudah mulai ditinggalkan. Penyebab salah satunya karena pembangunan reklamasi di pesisir laut dan pantai yang ikut merusak habitat karang dan tumbuhan itu.
“Setelah ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, metode ini kemudian hilang. Juga tidak relevan lagi karena sudah banyak terumbu karang yang rusak akibat pembangunan di pesisir, sehingga rumput laut itu banyak yang mati,” kata Usman.
Dalam menentukan awal puasa Ramadan ini, lanjut Usman, warga di Ternate sudah bergantung kepada pemerintah, melalui sidang isbat yang digelar pemerintah pusat.
Pengamatan kieraha.com, untuk wilayah Ternate, pengamatan Rukyatul Hilal Awal Ramadan 1441 Hijriah ini dilakukan di Gedung Observasi Hilal BMKG, Taduma, Pulau Ternate.
Pengamatan hilal dilakukan pada Kamis sore pukul 18.33 WIT saat matahari terbenam.
“Mudah-mudahan tidak ada rintangan untuk dapat melihat hilal. Kalau cuaca buruk (kabut tebal) seperti saat ini dan kemudian hilal tidak dapat dilihat maka Nabi (Muhammad SAW) perintahkan untuk melakukan hisap atau perhitungan bulan berdasarkan hari,” ujar Usman.
“Jadi ada dua acara untuk menentukan awal Ramadan ini. Pertama dengan cara rukyat untuk melihat bulan dan kedua dengan cara hisap atau perhitungan hari,” jelas Usman.