Penyebab Tanah Longsor di Kampung Pisang Ternate

Avatar photo
Longsor di Kampung Pisang Ternate. (Irawan Lila)

Bencana tanah longsor di wilayah Kota Ternate kembali terjadi di lingkungan RT 07 dan RT 08 Kelurahan Kampung Pisang, Kecamatan Ternate Tengah, Senin dinihari, 3 Agustus 2020.

Bencana itu terjadi sekitar pukul 01.20 WIT, di jembatan kalimati lingkungan RT setempat.

Lurah Kampung Pisang, Ari Akbar Tanlain menyatakan, bencana longsor tersebut tidak memakan korban jiwa namun warga di lingkungan itu khawatir terjadi longsor susulan.

“Karena itu warga meminta agar secepatnya ditangani bencana ini oleh Pemerintah Kota Ternate,” kata Ari, begitu dihubungi kieraha.com, melalui via telepon, Senin sore.

Longsor yang terjadi tersebut, tampak tanah yang dilapisi dengan talud di sekitar kalimati itu ambruk terseret banjir yang keluar dari arah pegunungan Gamalama. Talud itu ambruk kurang lebih 8 meter tak jauh dari rumah warga dan jembatan penyeberangan tersebut.

Ari menjelaskan, di lokasi tanah longsor itu sering terjadi banjir saat hujan deras, itu karena barangka (sebutan lain kalimati) di lokasi tersebut merupakan jalur air dari pegunungan.

Dedy Arif, Ketua Ikatan Ahli Geologi Maluku Utara mengemukakan, intensitas curah hujan yang tinggi saat ini berpotensi terjadinya tanah longsor pada bentang alam dengan kemiringan lereng tertentu di Ternate. Ini terjadi karena batuan penyusun tidak stabil dan tidak masif.

“Terutama pada bagian-bagian bentang alam yang telah mengalami pengalihan fungsi lahan,” jelas Dedy, ketika dihubungi kieraha.com, melalui via telepon, di Ternate, Senin malam.

Pemicu Longsor
Galian C Kalumata Ternate. (Hairil Hiar)

Dedy menjelaskan, secara umum bencana tanah longsor termasuk di Kelurahan Kampung Pisang, itu disebabkan karena adanya faktor yang membangkitkan kondisi material longsor.

“Juga adanya faktor pemicu yang menyebabkan bahan tanah tersebut bergerak. Bergeraknya tanah karena ada pengalihan fungsi lahan yang tidak disertai penataan ketataruangan yang sesuai dengan daya dukung secara geologi sehingga menyebabkan tanah bergerak,” ujar Dedy.

Dedy menambahkan, gerakan tanah longsor di Ternate ini selalu diawali dengan intensitas curah hujan yang tinggi, ter-infiltrasi masuk ke dalam lapisan batuan penyusun di wilayah pengalihan fungsi lahan dan secara perlahan mempengaruhi stabilitas batuan yang ada.

Rekomendasi
Pemukiman padat penduduk di Ternate. (Kieraha.com)

Dedy mengatakan potensi curah hujan yang tinggi selain menyebabkan longsor juga dapat memicu banjir bandang di bantaran kalimati yang sebelumnya tersedimentasi material-material endapan. Karena itu pembangunan rumah atau pemukiman maupun pengemban perumahan sudah harus memperhatikan batasan zona yang layak membangun.

“Bisa membangun di daerah sungai atau barangka tapi harus ada batasannya, biasa ada zona berapa meter dari batas sungai atau barangka yang layak dibangun,” lanjut Dedy.

Ia mengimbau, kepada Pemerintah Kota Ternate agar lebih tegas dalam pengawasan dan penerapan aturan yang berlaku, dan wajib melakukan kajian risiko secara ilmiah tentang potensi longsor di beberapa titik yang sering menjadi langganan tanah longsor tersebut.

Lurah Kampung Pisang mengimbau, kepada warga lingkungan RT 08 dan 09 agar sementara ini tidak melewati lokasi longsor tersebut.

“Bagi warga yang rumahnya berdekatan dengan lokasi tersebut saya minta agar menghindar sementara waktu ke rumah keluarga dekat di lingkungan lain, ini untuk ikhtiar kita bersama. Apalagi ada beberapa rumah warga dibangun di atas talud barangka tersebut,” tambahnya.

Irawan Lila
Author