Dinas Pariwisata Kota Ternate menggelar diskusi publik dengan tema “Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Pengembangan Kemitraan Kampung Tua Foramadiahi”, di Hotel Jati, Jalan Jatilurus, Kelurahan Jati, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Jumat malam, 27 Oktober 2023.
Kepala Dinas Pariwisata Rustam P Mahli dalam sambutannya menyampaikan, diskusi ini dalam rangka pengembangan sektor pariwisata yang berbasis kearifan lokal pada masyarakat Foramadiahi.
“Untuk itu, diskusi ini digelar sebagai upaya peningkatan peranserta masyarakat secara langsung. Kami juga menyadari ada beberapa Kampung Tua di Kota Ternate, namun untuk saat ini kami mengusung agar digelar terlebih dahulu di Formadiahi,” ucap Rustam.
Ia berharap, dalam diskusi ini dapat melahirkan rekomendasi yang datang langsung dari masyarakat, mahasiswa, pemerhati pariwisata dan sejarawan, untuk dapat saling tukar ide dan gagasan dengan Dinas Pariwisata.
“Pengembangan kepariwisataan di Ternate berkembang sesuai dengan identitas orang Ternate. Dan semakin diminati oleh para wisatawan dan semoga berdampak baik bagi masyarakat Kota Ternate,” lanjutnya.
Akademisi Geologi UMMU Ternate, Dedy Arif, yang juga hadir sebagai narasumber, sangat mendukung Dinas Pariwisata dalam mengembangkan Formadiahi sebagai Kampung Tua dan sebagai daerah tujuan wisata berbasis kearifan lokal.
Menurut Dedy, ide ini sangat tepat karena Foramadiahi merupakan tempat yang bersejarah dan memiliki cerita besar tentang Ternate.
“Karena kalau kita bercerita tentang Ternate, Kesultanan, benteng tua, sekolah pertama dan rumah sakit pertama di Kota Ternate itu semua dapat disuguhkan di Kampung Tua Foramadiahi. Juga di sana terdapat sejarah rempah, hewan endemik dan makam Pahlawan Nasional Sultan Babullah,” jelasnya.
BACA JUGA Dispar Ternate Dukung Event Bikers Day Maluku Utara di Benteng Oranje
Pada diskusi yang berlangsung kurang lebih tiga jam itu melahirkan beberapa poin yang disampaikan oleh para audiens dan narasumber. Diantarnya tentang keberagaman ekosistem wisata di Kampung Tua Foramadiahi harus mampu digerakkan secara baik oleh Dinas Pariwisata dengan berkolaborasi langsung dengan masyarakat; penguatan SDM masyarakat kampung tua terkait sejarah dan kebudayaan Foramadiahi; pendampingan langsung kepada masyarakat yang menjadi sasaran pengembangan wisata; kampung tua harus menjadi pengembangan destinasi wisata minat khusus; pelestarian sumur tua; dan segera mengusung kampung tua sebagai kampung budaya.
Rekomendasi serupa juga datang dari kalangan media, yaitu perlindungan ekosistem pariwisata di kampung tua harus segera diproteksi melalui Peraturan Walikota agar laju pengembangan kawasan pemukiman masyarakat pada sisi yang lain tidak mengancam keautentikan situs sejarah yang ada di kampung tua Foramadiahi; spot pengamatan burung yang dimiliki kampung tua juga harus masuk sebagai ekosistem pariwisata yang sepaket dengan pengembangan kawasan kampung tua; begitu juga dengan sosio kultural masyarakat di sana. *