Bisnis Lapak dalam Benteng Oranje Ternate

Avatar photo
Salah satu lapak yang berada di dalam Benteng Oranje/kieraha.com

Fungsi Benteng Oranje yang menjadi saksi sejarah mengusir penjajah dari Tanah Moloku Kie Raha mulai hilang ditelan masa. Kawasan cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai ruang publik oleh sejumlah komunitas seni dan budaya di Kota Ternate ini secara perlahan menjadi ladang bisnis.

Di dalam kawasan benteng tersebut, terdapat beberapa bagian yang diubah dan beralih fungsi menjadi lapak yang diduga dikelola oleh pengusaha. Padahal, lokasi ini hanya diperuntukkan untuk komunitas.

M Sofyan Ansar, Ketua Genpi Maluku Utara menyebutkan, dugaan bisnis lapak dalam kawasan benteng ini sudah berlangsung setahun terakhir.

“Padahal peruntukkannya sudah jelas, awalnya hanya untuk komunitas seni dan budaya, namun sekarang sudah ada pengusaha yang diduga diberikan akses untuk masuk dan mengelola tempat ini (menjadi ladang bisnis),” kata Sofyan, kepada kieraha.com, Rabu malam kemarin.

Sofyan menyatakan, bisnis lapak di dalam kawasan cagar budaya ini diduga melibatkan pihak orang dalam dari pengelola benteng tersebut.

“Kemungkinan juga setiap bulannya itu ada setoran ke sana,” kata Sofyan.

Dugaan bisnis lapak ini, lanjut Sofyan, sudah disampaikan ke pihak Balai Perlindungan Cagar Budaya atau BPCB Kota Ternate, namun hingga sekarang belum ada tindak lanjut dari balai maupun dinas terkait.

“Bahkan pengelola usaha ini pun berani merubah bentuk asli dari kawasan cagar budaya ini. Dan itu sudah saya sampaikan ke BPCB dari kepala balai yang lama sampai yang menjabat sekarang,” ujar Sofyan.

Sarif Sabatun, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Ternate menyatakan, informasi bisnis lapak di dalam Benteng Oranje ini tidak diketahuinya.

“Menyangkut ruang publik yang dimanfaatkan itu kan punya komunitas semua. Baik di bagian selatan benteng maupun belakang museum. Dan sejauh ini kan tidak ada pengusaha yang mengelola. Kalaupun ada maka coba tanyakan ke komunitas yang menempati ruang tersebut,” ujarnya.

Sarif mengakui, jika keberadaan lapak di dalam kawasan Benteng Oranje ini mulai ramai saat dirinya menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan.

“Karena dulu sebelum saya menjabat, itu semua digembok. Nanti dimasa saya baru kawasan ini ramai dengan lapak dan pengunjung,” katanya.

BACA JUGA Dinas Kebudayaan Ternate Bantah Lakukan Pungli di Benteng Oranje

Kawasan Cagar Budaya Benteng Oranje Ternate/Opan Jacky/kieraha.com
Kawasan Cagar Budaya Benteng Oranje Ternate/Opan Jacky/kieraha.com

Meski begitu, lanjut Sarif, semua komunitas yang menempati ruang tersebut tidak dipungut biaya dan diberikan secara gratis.

“Yang sampai sekarang tidak ada pungutan apapun. Semua komunitas yang menempati ruang tersebut diberikan secara gratis,” jelasnya. *