Bencana di penghujung Ramadan manghantui warga Ternate. Intensitas curah hujan tinggi menjadi penyebab salah satunya, setelah bencana tanah longsor menewaskan dua bocah di Tobona, Ternate Tengah pada Kamis dinihari, 1 Juni 2017.
Pengamatan kieraha.com, bencana banjir meluap masuk ke rumah-rumah pemukiman warga di dataran rendah wilayah Kecamatan di Kota Ternate dan Kecamatan Pulau Moti. Akibatnya, ratusan rumah warga dan infrastruktur jalan terendam dan rusak.
Pada Sabtu pagi, 17 Juni 2017, kurang lebih pukul 08.00 WIT, puluhan rumah warga di Kelurahan Takofi, Kecamatan Pulau Moti, Kota Ternate, diterjang banjir bandang. Puluhan rumah warga di RT03 dan RT04 rusak setelah meluapnya Sungai Lolo atau kalimati di kelurahan setempat.
“Meluapnya banjir ini karena intensitas curah hujan yang tinggi sejak beberapa hari kemarin, itu juga dipengaruhi karena tanggul penahan sungai Lolo yang dibangun terlalu rendah,” kata Sunarto Ali, korban banjir bandang Takofi, ketika dihubungi, Sabtu.
Ia mengemukakan, meluapnya banjir bandang Takofi sudah tiga kali. Sebelumnya terjadi sekitar 2015-2016 merusak rumah-rumah, kebun dan peternakan warga.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Sampai sekarang belum tahu berapa jumlah kerugian. Tapi rata-rata warga trauma dan rumah-rumah mengalami rusak berat,” katanya.
Baru 7 Jam
Luapan banjir akibat intensitas curah hujan yang tinggi di wilayah kota bermoto Bahari Berkesan itu, juga menimpa warga masyarakat Bastiong, Ternate Selatan.
Sejak Selasa hingga Sabtu (17/06/2017), air hujan ini menggenangi pemukiman. Oleh warga Bastiong, menduga drainase yang dibuat pemkot setempat, abal-abal.
Sofyan Liading, warga RT06/RW02, Kelurahan Bastiong Karance, mengatakan luapan banjir sudah menjadi langganan warga di Kelurahan tersebut.
“Ini baru tujuh jam, sudah seperti ini,” kata Sofyan, kepada kieraha.com.
“Meskipun hujan tara basar (tidak lebat) tetap saja lingkungan Bastiong Karance dan belakang armada ini tergenang. Padahal kami sudah buat fondasi (bangunan/rumah) yang tinggi tapi tetap saja terendam.”
Luapan banjir tersebut diduga berasal dari sistem drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Rata-rata drainase yang dibuat tingginya kurang lebih 1 meter.
“Aliran air di sini dari drainase Falajawa Dua dan Ubo-Ubo. Ini yang membuat drainase di dataran lebih rendah tidak berfungsi dengan baik sehingga meluap ke rumah-rumah.”
Sofyan berharap pemerintah kota Ternate segera merespon masalah yang dihadapi warga masyarakat setempat. Hal tersebut karena sudah berulang kali terjadi.
“Setiap hujan turun selalu begini. Kami harap ada perhatian serius dari pemkot dengan kondisi ini. Apalagi di momen puasa dan jelang Lebaran seperti ini,” ucapnya.
Akibat luapan banjir tersebut, kata Sofyan, telah merusak perabot dan alat-alat elektronik milik warga setempat.
Bahkan di saat warga lain sedang disibukkan dengan menu buka puasa dan ibadah, namun pada warga di lingkungan itu sibuk membersihkan rumah yang tergenang banjir. *