News  

Misi Dagang Pemprov Jatim dan Maluku Utara di Ternate Tembus Rp 568 Miliar

Avatar photo

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku Utara mencatat nilai transaksi dalam Misi Dagang antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur-Maluku Utara yang dipusatkan di Kota Ternate, mencapai sebesar Rp 568,04 miliar.

Angka ini naik signifikan jika dibandingkan dengan Misi Dagang pada 2023 sebesar Rp 380,81 miliar, dan pada 2021 sebesar Rp 500,22 miliar.

Dalam misi dagang yang digelar pada 2025 ini, pelaku usaha Jawa Timur mencatat penjualannya sebesar Rp 271,67 miliar. Sementara pembelian mereka dari Maluku Utara mencapai Rp 296,36 miliar. Angka ini meningkat karena adanya penjualan produk dari Malut ke Jawa Timur.

“Ini momen yang membanggakan. Untuk pertama kalinya, Maluku Utara bisa mencatatkan transaksi yang lebih besar dari Jawa Timur. Ini artinya kita mulai memperkecil defisit perdagangan yang selama ini ada,” kata Gubernur Malut, Sherly Laos, di lokasi acara tersebut, Rabu 12 Maret 2025.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menambahkan bahwa sinergi antara kedua provinsi ini harus terus diperkuat, terutama dalam pengembangan sektor unggulan masing-masing daerah.

“Maluku Utara kaya akan hasil laut dan rempah-rempah, sementara Jawa Timur memiliki kekuatan di industri pengolahan dan distribusi. Kombinasi ini bisa menciptakan rantai pasok yang saling menguntungkan,” lanjut Khofifah.

Dalam transaksi ini, Jawa Timur membeli berbagai komoditas unggulan dari Maluku Utara, antara lain Ikan Tenggiri dan Ikan Layur Beku, Buah Pala, Rumput Laut, Arang Tempurung Kelapa, Cumi-Cumi, dan Udang Vaname.

Di sisi lain, produk-produk Jawa Timur yang masuk ke Maluku Utara meliputi Produk Hasil Perikanan, Rokok, Bahan Material, Ayam Beku, Minyak Goreng, Tepung, Kedelai, Benih Hortikultura, Beras, dan Telur.

Dengan semakin meningkatnya penjualan hasil alam Maluku Utara ke Jawa Timur, Sherly Laos berharap agar pelaku usaha lokal bisa semakin meningkatkan daya saing produknya.

“Kita tidak boleh hanya menjual bahan mentah. Ke depan, kita harus mendorong hilirisasi agar produk kita punya nilai tambah sebelum dijual,” sambungnya. *