Hari sudah gelap, jalan tak lagi terlihat, Aris dan Nonco memilih beristirahat, di tengah Hutan Tabona, Ternate Selatan, pada Minggu malam, 26 Januari 2020.
Lelaki 72 tahun bernama lengkap Aris Adipati dan Nonco Kalangi, 66 tahun, adalah pasangan suami istri yang berasal dari Kecamatan Silian Raya, Manado, Sulawesi Utara. Keduanya baru tiba di Ternate, sekitar satu pekan lalu, sebelum memilih bekerja memanen cengkih di salah satu kebun milik Ansar, warga Kayu Merah, Ternate, Minggu.
Kedua korban hilang ini, terbaring lemas, saat disambangi di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Chasan Boesoirie, di Jalan Tanah Tinggi, Ternate, Kamis sekitar pukul 14.15 WIT. Keduanya, baru saja dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan, pada Kamis pukul 13.10 WIT.
Nonco Kalangi menceritakan, awal mula ia dan suaminya tersesat di hutan. Saat itu, kata Nonco, pada Minggu siang, 26 Januari 2020, ia dan suaminya berangkat menuju kebun cengkih milik Ansar, di wilayah perkebunan Kelurahan Tabona.
“Kami ke kebun dengan maksud memetik cengkih. Sampai di kebun kami buat tangga, itu akan dipakai untuk menaiki pohon cengkih. Karena kekurangan air, saya dan suami turun dari kebun mengambil air. Kurang lebih jam 6 sore, kami naik lagi, ke gunung untuk kembali ke kebun, namun dalam perjalanan, suami saya terpeleset dan jatuh,” tutur Nonco.
Ia mengisahkan, saat suaminya terjatuh, hari sudah gelap, sehingga keduanya memilih berjalan ke arah kiri menuju kebun cengkih itu. “Namun, karena suasana hutan semakin gelap, jalan tak lagi terlihat, sehingga kami memilih istirahat di hutan,” ucapnya.
Setelah satu malam tidur di hutan, paginya, lanjut Nonco, mereka kembali berjalan untuk menuju ke kebun cengkih. Namun, lokasi kebun yang dituju tak kunjung sampai. “Saya lalu bilang ke suami, kenapa kita tidak sampai-sampai di kebun itu. Jangan-jangan kita sudah tersesat. Karena sudah malam, kami terpaksa kembali tidur di hutan,” kata Nonco.
Aris dan Nonco terus berupaya mencari jalan keluar, sambil berteriak meminta tolong, hingga pada hari ketiga, Rabu 29 Januari 2020, mereka berhasil menemukan sebuah kebun pala.
“Tapi karena sudah menjelang malam, sehingga kami memilih tidur di bawah pohon pala itu,” lanjutnya.
“Di situ, saya bilang ke suami, kita tidur saja di sini. Nanti sudah pagi baru kita jalan lagi, siapa tau Tuhan menunjukkan jalan untuk kembali ke rumah,” tutur Nonco, yang sebelumnya tiga hari empat malam tidur di hutan tersebut.
“Hingga pada Kamis pagi (30 Januari 2020), kami kembali berjalan dan akhirnya menemukan lokasi kebun cengkih tersebut, namun setelah sampai di kebun, kami justru khawatir dengan warga sekitar, karena takut dicurigai mencuri,” sambung Nonco.
“Pas kami lihat ada orang, kami memilih sembunyi, hingga akhirnya ada salah seorang warga bernama Siti, melihat kami. Dari situ, kami dipanggil, kemudian diberi makan. Setelahnya orang-orang menelepon tim SAR,” lanjut Nonco.
Berselang beberapa menit, Tim SAR Gabungan tiba dan menjemput keduanya. Kedua korban hilang itu, dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasan Boesoirie Ternate.
Bertahan dengan buah pala
Nonco bilang, selama tersesat tiga hari empat malam di dalam hutan, ia dan suaminya bertahan hidup dengan mengonsumsi buah pala yang ada di sekitar hutan.
“Itu karena kami ke kebun tidak bawa makanan. (Jadi) selama tersesat, saya dan suami bertahan dengan memakan buah pala. Itu pun kami ambil dengan memungut buah pala yang jatuh, lalu menghisap airnya untuk bertahan hidup,” katanya.
Hesti Adipati, anak korban mengemukakan, awalnya pemilik Indekos yang ditempatinya, di Kelurahan Kayu Merah, mencari orang untuk bekerja di kebun cengkih tersebut.
Informasi itu didengar ayahnya Aris Adipati, kemudian menawarkan diri ke pemilik kebun itu. “Saya dan suami sudah melarang agar Papa dan Mama jangan ikut. Tapi, tetap saja mau ikut. Mungkin karena sudah biasa bekerja, jadi saya menuruti kemauannya,” ucap Hesti.
Hesti menuturkan, kedua orang tuanya itu baru datang di Ternate, kurang lebih satu minggu lalu. “Papa dan Mama ini dari Silian Raya, Manado, pergi ke Batang Dua melihat keluarga. Setelah itu, pasiar ke Ternate lihat saya, dan bukan untuk bekerja,” jelasnya.
Muhammad Arafah, Kepala Basarnas Ternate menyatakan, dengan ditemukannya kedua korban hilang tersebut, maka operasi SAR resmi ditutup. “Dengan hasil kedua korban hilang ditemukan dalam keadaan selamat,” tambahnya.