Anakku Buah Hatiku

Wahai anakku buah hatiku, ketahuilah kasih sayang yang kami berikan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa demi kebahagiaan kamu kelak, tanpa berbayar, tiada pamrih atau mengharap balasan.

Anakku, kau adalah titipan Sang Pencipta yang harus kami jaga dengan sepenuh hati sebagai pewaris masa depan terbaik kelak.

Ingatlah! Bagaimana Ibumu menjaga dan merawatmu dalam rahimnya dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran selama 9 bulan 10 hari dengan susah payah menahan sakit, meskipun nyawa sebagai taruhannya.

Ingatlah! Betapa besar pengorbanan segenap jiwa yang dicurahkan oleh Ayahmu sejak dari ayunan hingga kamu menginjak dewasa. Betapa Ayahmu senantiasa menjadi pelindung dari segala deritamu.

Ayah Bundamu! Merelakan diri menahan lapar dahaga, meski menahan sakit derita dengan senyuman terindah, demi melihatmu dapat merasakan kebahagiaan tanpa nestapa.

Ayah Bundamu! Tak pernah rela melihatmu bersedih meski hanya sedetik. Kami selalu mampu menyimpan duka lara demi melihatmu tersenyum bahagia.

Kami, Ayah Bundamu! Tidak pernah merasa jijik ataupun hina, bahkan kami merasa bangga dapat membersihkan segala bentuk kotoran yang keluar dari tubuh polosmu.

Buah Hatiku! Manakala kamu terjatuh, tersakiti dan terluka serta menangis, maka di sana pula kami selalu hadir untuk membangkitkan dari jatuhmu, menyembuhkan dari lukamu dan merawat serta menghibur dari tangisanmu tanpa mengenal waktu hingga kau kembali seperti sediakala.

Seakan roda waktu berputar begitu singkatnya, manakala melihatmu tumbuh dewasa, mandiri dan menjadi milik orang lain.

Namun, Kami Ayah Bundamu! Merasa ikhlas melepasmu dari pelukan dan dekapan kami. Ingatlah! Bahwa tempatmu tak akan pernah tergantikan, meskipun kelak Kamu menjadi Ayah Bunda bagi anak-anakmu, namun Kamu masih tetap menjadi Anak bagi Kami.

Wahai anakku buah hatiku! Di setiap kedipan mata dan di setiap hembusan nafas serta di setiap aliran darah yang mengalir di nadi ini. Dengarkanlah! Di tengah keheningan malam, ketika Kau telah lelap tidur, kami tetap terjaga seraya memanjatkan sejuta doa terbaik untukmu wahai Malaikat Kecilku.

Kami bermunajat kepada Tuhan Sang Penguasa alam semesta. Tuhanku, “Bilamana Anakku Buah Hatiku mengalami derita luka nestapa, maka biarkan kami menggantikan sakitnya penderitaan itu. Namun bilamana mereka tersenyum ceria lagi bahagia, maka biarlah itu semua menjadi milik mereka seutuhnya.”

Cukuplah bagi kami menjadi kenangan yang pernah mengisi sampul depan dari cerita di awal kehidupanmu. Biarlah Kami menjadi catatan singkat pelengkap dari lembar penutup episode kehidupanmu.

Ingatlah wahai Buah hatiku! Kami bukan sekadar kertas buram tanpa makna, yakinlah bahwa di setiap lembar keberhasilan hidupmu, dibangun dari sisa-sisa puing kehidupan yang kami wariskan demi melihat kebahagiaan kamu kelak duhai Buah Hatiku.