Fakta Menarik di Balik Konsep Pengembangan Geowisata Batu Angus Ternate

Avatar photo
Lava di kawasan geowisata Batu Angus Ternate. (Kieraha.com)

Ternate merupakan kota padat penduduk dan paling ramai di Maluku Utara. Pada kota kecil bulat kerucut yang pernah menjadi pusat Benteng Portugis dan Belanda ini pun memiliki ragam potensi wisata yang unik dan tak kalah saing dengan daerah lainnya di Indonesia.

Kota pulau dengan kemiringan lereng terbesar di atas 40 persen mengerucut ke arah puncak Gunung Gamalama ini memiliki luas laut 5.457,55 km persegi lebih besar dari luas daratan 133,74 km persegi. Di tengah kota ini terdapat gunung berapi aktif Gamalama berdiri kokoh.

BACA JUGA Tentang Batu Angus Ternate dan Nilai Estetiknya di Mata Pramuwisata

Berkali-kali gunung api yang menjadi ikon di Ternate ini sering memuntahkan abu, periode letusan besarnya pun tercatat pada tahun 1737, 1775, 1763, dan pada 1907. Dari periode letusan ini salah satunya pada tahun 1775 menenggelamkan sebuah kampung di Ternate. Jejak kampung ini kemudian dikenal dengan Danau Tolire. Kini, jejak dari letusan gunung api ini pun dikembangkan. Ini sudah dimulai dengan riset tentang hamparan lava di pulau ini.

Dari hamparan lelehan lava yang lebih dikenal dengan sebutan Batu Angus di Ternate, itu memiliki ragam bentuknya. Ini terbentuk karena ada ragam periode letusan tersebut, sehingga dengan potensi bentukan lava itu yang kemudian menjadi dasar pengembangan salah satu Warisan Geologi Nasional di Indonesia. Juga ditargetkan masuk Geologi Dunia.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia atau IAGI Provinsi Maluku Utara, Abdul Kadir Dedy Arif menyatakan, dengan potensi lava ini kemudian ia sebut sebagai Lava Garden Island Ternate.

Konsep Pengembangan Batu Angus

Zona pengembangan geowisata Batu Angus terdapat di Belakang Bandara Sultan Babullah hingga wilayah Kelurahan Kulaba. Hamparan lelehan lava yang ditemukan di kawasan ini pun sedang dalam tahapan riset oleh Tim Ahli Geologi terkait dengan bentukannya yang disebut menyerupai beberapa bentukan lava yang ada di Batur Bali, Hawai, dan Arizona.

Dedy menyatakan, konsep pengembangan Batu Angus ini terbagi dalam tiga zona. Pertama sebagai kawasan ekonomi, kedua sebagai edukasi, dan ketiga adalah kawasan konservasi.

BACA JUGA Waspada Jika Gamalama Mengamuk

“Sehingga yang dilihat ada pembangunan beton dan jalan paving itu merupakan bagian fun ecotourism nya. Jadi siapa saja yang mau selfie, buat atraksi serta pameran budaya lainnya maka dapat dilaksanakan di situ, juga kemungkinan akan ada pusat informasi Geowisata Batu Angus yang dibangun di situ. Sementara, khusus untuk zona edukasi dan konservasi, berada di sisi kiri dan bagian depan kawasan Batu Angus. Ini khusus untuk riset,” jelas Dedy.

Pengembangan geowisata di kawasan konservasi ini, lanjut Dedy, juga direncanakan dibuat geotrail, yang merupakan produk dari geowisata seperti yang ditemukan di lava Batur Bali.

“Pemetaan kawasan geotrail ini masih dalam survei tim, sehingga ketika diputuskan tidak akan mengganggu hamparan lava yang terdapat di lokasi zona edukasi dan konservasi, artinya kawasan ini bisa dilewati tetapi tidak boleh merusak bentukan lava,” kata Dedy.

BACA JUGA Legenda di Balik Kuburan Masal Danau Tolire Ternate

Konsep geowisata yang dikembangkan ini, tambah Dedy, juga menawarkan tiga model kepada pengunjung yang berwisata di batu angus, yaitu rekreasi, edukasi dan konservasi.

“Di sana akan ada jalur pendakian, wisata offroad menggunakan jeep, juga yang bersepeda gunung bisa dilakukan di kawasan yang saya sebut Lava Garden Island Ternate ini,” katanya.

Sahrul Jabidi