Opini  

Tolong Menolong ‘Refleksi Babari’ Covid-19 di Maluku Utara

Avatar photo
Tolong Menolong ‘Refleksi Babari Covid-19’ di Maluku Utara
Babari atau saling menolong antar warga Maluku Utara di Desa Mateketen Makean Barat. (Foto Fauji Yamin/Nurunnisa Hafel)

Demikianlah dalam bahasa Maluku Utara ‘babari’ yang bermakna saling menolong untuk suatu keperluan atau tujuan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Kalimat ini selalu digunakan pada setiap hajatan desa atau kerja kelompok masyarakat di Maluku Utara. Hal ini bahkan sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat untuk Babari ketika ada salah satu warga di desa yang tertimpa musibah.

Konsep ‘babari’ adalah satu dari sekian juta contoh agar senantiasa merevitalisasikan, dan berikut termasuk bisa disinkronkan dalam hal ini adalah ‘Babari Covid-19’. Seperti ‘babari’ untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan darurat, hingga keluar masuk (berpergian) di setiap kabupaten kota, tidak bermaksud untuk menggeser makna dasar dari frasa babari. Namun, sebenarnya hanya sedikit merasionalkan pikiran dari mencuatnya kasus baru saat ini, yakni Covid-19 yang bahkan menjadi permasalahan global saat ini.

Dunia dalam keadaan tidak baik-baik saja, mungkin itu kalimat yang dapat mewakili kondisi kita saat ini, jika saat ini orang bertanya hal apa yang paling mengerikan dalam situasi ini, mungkin secara spontan yang terlintas dalam setiap benak adalah kematian dengan status positif virus corona.

Kira-kira seperti itu problematika yang harus dihadapi dunia. Tak perlu terlalu jauh untuk menjelaskan asbab dari Covid-19, karena hampir semua media massa membicarakan informasi dari virus yang masuk dalam kategori extraordinary incident. Bahkan, semua menyediakan ruang khusus untuk pembahasan dan penangan virus tersebut.

Seiring berjalannya waktu sampai saat ini, jumlah pasien berstatus orang dalam pemantauan atau ODP kembali bertambah sebanyak 8.661 sehingga berjumlah 230.411 per Kamis 30 April 2020.

Sementara itu, pasien dalam pengawasan atau PDP bertambah 174 sehingga menjadi 21.827. “Jumlah pasien terbaru, PDP 21.827 dan ODP 230.411,” kata Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam jumpa pers live streaming di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Kamis 30 April yang penulis kutip.

Yurianto menambahkan, kasus positif Covid-19 saat ini sudah tersebar ke 34 provinsi di Indonesia atau 310 kabupaten kota. Di Indonesia terkhususnya Provinsi Maluku Utara saat ini jumlah kasus yang terindikasi positif Covid-19 dari hari ke hari selalu meningkat.

Update informasi terbaru terkait dengan kasus positif di Maluku Utara yang kian hari malah menunjukkan peningkatan yakni terkonfirmasi adalah 950 jiwa yang positif, dengan 119 jiwa yang sembuh dari Covid-19, serta 32 jiwa yang meninggal dunia.

Karena mengingat minimnya sarana dan prasarana terhadap para tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 yang juga belum memadai, maka dalam hal ini beberapa saran diajukan bahwa sudah selayaknya pemerintah mengambil kebijakan dengan menutup akses laut, darat, maupun udara di antar kabupaten kota dengan tujuan untuk memutus penyebaran rantai virus corona. Tapi, kemampuan intelektual para pemerintah sudah mampu membaca asumsi publik dan keadaan kondusif ini.

Penyebaran Covid-19 spesifik terhadap kabupaten kota termasuk Maluku Utara juga menjadi tempat tumbuh suburnya penyebaran virus tersebut. Terhitung di tanggal 30 April 2020 Khusus Daerah Maluku Utara mengalami lonjakan kasus positif Covid-19 semakin besar. Total dari 7 kabupaten dan 2 kota sudah mencapai 950 jiwa.

Semakin tinggi angka positif Covid-19 akan sangat berdampak pada semua aspek kehidupan yang fundamental hingga ke molekuler termasuk di dalamnya adalah kondisi ekonomi setiap keluarga. Lalu, kita dianjurkan untuk tetap berada di rumah sebagai langkah solusi pemerintah dalam upaya mencegah atau memutus mata rantai penyebebaran virus ini. Hingga mengeluarkan tagar yakni #Dirumahaja.

Dalam konteks ini, yang dimaksudkan dengan ‘babari’ atau saling menolong di Pandemi Covid-19 adalah upaya kesadaran diri setiap Individu secara bersama untuk senantiasa melakukan gerakan preventif dan promotif perihal memutus mata rantai penyebebaran virus ini.

Sudah tentunya upaya-upaya ini sangat diperlukan dan ditekankan lagi pada kerjasama dan kesadaran setiap Individu tanpa berpikir individualistik, dan tentunya melepas sikap egoisme yang melekat pada pola berpikir yang sesat untuk bumi kita yang sehat.

Pada skema gerakan Babari Covid-19 sangat berkaitan dengan anjuran pemerintah (protokol kesehatan), dengan senantiasa menggunakan masker ketika bepergian, rajin mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun, jaga jarak kurang lebih 2-3 meter, memahami etika bersin dan batuk, serta jika tidak ada hal yang penting maka tetaplah untuk di rumah.

Kita mengetahui bahwa pemerintah punya peran yang sangat penting dalam hal ini namun akan menjadi sangat tidak penting jika anjurannya tidak diindahkan dengan baik atau dianggap sebagai satire belaka.

Pemerintah juga telah banyak berusaha untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi keluarga, dengan dihadirkan BLT atau bantuan langsung tunai untuk setiap keluarga dalam kategori tertentu di masa pandemi ini. Maka sudah tentu pemerintah sangat membutuhkan kesadaran kita demi membantu pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini.

Masa sulit ini belum bisa diprediksi secara tepat kapan berakhirnya, dan sampai kapan akan terus berlanjut. Tapi, perlu kita sadari dan ingat, serta percaya.

Perlu diketahui juga bahwa stigmatisme yang beredar di kalangan masyarakat hari ini akan sangat berpengaruh besar terhadap psikologi siapa pun, termasuk orang dengan status positif, sebabnya telah banyak orang yang melabelkan Covid-19 sebagai salah satu penyakit yang sangat buruk. Tentunya setiap orang tak menginginkan dirinya disebut sebagai pasien yang positif Covid-19.

Untuk itulah tetap berada di rumah dengan melakukan hal-hal produktif. Kerja dari rumah, berkumpul bersama keluarga, mengikuti kajian atau diskusi serta seminar online yang diselenggarakan oleh komunitas tertentu, dan belajar dan tetap memanfaatkan media sebagai sarana informasi perihal perkembangan yang terjadi saat ini.

Tidak hanya itu, Covid-19 juga membuat kita seperti berjalan bergandengan tangan dengannya padahal belum kelar isu rasisme, RUU karet, persoalan mahasiswa, serta dihadirkan wajah birokrasi, institusi, dan politisi yang anti akan demokrasi.

Sebentar lagi kita akan menyambut New Normal atau kehidupan tatanan baru terkhusus di wilayah Maluku Utara apakah efektif mengatakan Hello New Normal? Pertanyaan yang paling sederhana tapi siapa yang akan menjawabnya?

Melihat bidang perekonomian, pendidikan, politik, dan kesehatan yang semakin hari semakin rapuh, diibaratkan seperti buah malakama yang maju salah mundur pun demikian, tidak lepas dari itu semua seharusnya mengesampingkan aspek kepentingan pribadi adalah hal yang harus menjadi dasar untuk para pengambil kebijakan. Walaupun kebijakan yang dibuat bersifat kepentingan sosialisme, tapi setidaknya tetap ingat bahwa tumpul kemanusiaan adalah hal yang paling ditentang dalam traktat Hak Asasi Manusia Dunia.

Agar segera kita bisa mengakhiri dari zona ini, tentunya sehat itu bukan apa-apa, tapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti apa-apa. Untuk merindukan Maluku Utara yang sehat dari Covid-19 maka mulailah hidup sehat dari diri sendiri, demi masyarakat, bangsa dan negara.

Modal terbesar kita adalah Kesadaran Bersama.

Filosofi bangsa kita adalah filosofi bangsa satu bangsa yang kuat dan bukan bangsa yang lemah. Segalanya dilakukan bersama-sama. **

Nurunnisa Hafel
Penulis

==========

Penulis adalah Presiden Mahasiswa Kampus Putih Poltekkes Kemenkes Ternate