Bisnis  

Sejarah Singkat Batik Ternate dan Ketegangan di Masa Pandemi

Avatar photo
Corak batik khas Ternate. (Asrina M Saman)

Maluku Utara punya batik khas sendiri, adanya hanya di Kota Ternate yang dikenal dengan nama Batik Tubo. Proses pembuatan batik itu persis sama dengan pembuatan batik pada umumnya, seperti menggunakan centing dan cap. Pengambilan nama Batik Tubo sendiri berasal dari sebuah kampung di Ternate, tempat dimana Batik Tubo pertama kali dibuat.

Batik Tubo pertama kali dirintis oleh warga Kelurahan Tubo, yaitu Kustalani dan Asnia, pada tahun 2009. Setelah berjalannya waktu ternyata banyak yang suka dengan kain batik khas mereka. Proses pembuatan satu kain Batik Tubo hanya memakan waktu satu hari.

Kustalani, pengrajin Batik Tubo ketika disambangi kieraha.com menyebutkan, ciri khas batik ini memiliki motif berbeda dengan batik umumnya di Indonesia. Ciri khas Batik Tubo di antaranya motif cengkeh, pala, burung bidadari, pisang mulu bebe, kelapa dan ikan.

“Begitu juga dengan warna-warna Batik Tubo pun beragam, mulai dari warna putih, hijau, oranye, dan sebagainya. Harga yang dijual relatif murah, dari harga per kain Rp 250 ribu,” sebut Kustalani, kepada kieraha.com, di lokasi Batik Tubo, Selasa sore, 1 September 2020.

Ketegangan di Masa Pandemi

Kustalani menyebutkan, sejak virus corona mewabah di Ternate, omset penjualan Batik Tubo miliknya itu menurun secara drastis.

Pendapatan yang biasanya mencapai Rp 20 juta per bulan kini menurun hingga Rp 1 juta per bulan. Omset itu, lanjut dia, menurun karena penerapan social distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar di beberapa kota besar di Indonesia yang menyebabkan wisatawan dari luar tidak bisa berkunjung.

“Selama masa pandemi itu sangat berdampak terhadap usaha batik kami. Ini karena market terbesar berasal dari wisatawan yang berkunjung ke Maluku Utara,” sambung dia.

Kustalani menyebutkan, akibat dari omset penjualan batik yang menurun memaksakan dirinya dan Asnia merumahkan beberapa karyawan yang bekerja di usaha batik tersebut.

“Adanya dampak pandemi ini kami berharap perhatian dari pemerintah daerah. Terutama soal prioritas produk lokal Ternate yang dapat digunakan pemerintah di daerah,” tutupnya.

Asrina M Saman
Author