Indikasi Kuat HAB Penyebab Ikan Mati Misterius di Maluku Utara

Avatar photo
Indikasi Kuat HAB Penyebab Ikan Mati Misterius di Maluku Utara
Infografis. (Kieraha.com)

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara telah menemukan titik terang fenomena ikan mati misterius di Perairan Pulau Ternate dan Halmahera, beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Buyung Radjiloen mengemukakan, hasil sementara ikan mati mendadak terindikasi kuat adanya ledakan plankton atau Harmful Algal Bloom atau HAB.

“Jadi penyebabnya bukan karena pencemaran limbah,” ucap Buyung, Selasa 3 Maret 2020.

Ia mengatakan hasil tes secara fisik organoleptic ini belum disertai dengan hasil lab uji air laut.

“Karena itu kami masih menunggu hasil uji laboratorium air laut di Perairan Ternate dan Makean yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH),” sambung Buyung.

BACA JUGA  Asal Muasal Uang yang Disetor Terdakwa Korupsi ke Gubernur Maluku Utara

Ia menyatakan, hasil uji lab keseluruhan baru akan keluar pada Jumat 6 Maret 2020.

“Saya sudah berkoordinasi dengan KLH dan katanya hari Jumat (6/3/2020) ini hasilnya sudah keluar. Dan kita tunggu saja hasil KLH baru disimpulkan secara keseluruhan,” jelas Buyung.

Imbauan untuk warga

Sambil menunggu hasil uji sampel air laut berubah warna dari Laboratorium KLH, kata Buyung, meminta kepada masyarakat setempat untuk tidak mengonsumsi ikan mati secara misterius.

“Kecuali ikan hasil tangkapan nelayan,” lanjut Buyung.

Peneliti Perikanan dan Kelautan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia atau Bakti, M Ghufran H Kordi mengemukakan, ledakan plankton khususnya fitoplankton (yang lebih populer dikenal dengan nama Harmful Algal Bloom) atau HAB, adalah istilah generik yang digunakan untuk mengacu pada pertumbuhan lebat fitoplankton di laut maupun di perairan payau.

BACA JUGA  Asal Muasal Uang yang Disetor Terdakwa Korupsi ke Gubernur Maluku Utara

Penulis buku tentang kelautan dan perikanan Indonesia itu menjelaskan, pertumbuhan lebat fitoplankton  ini yang dapat menyebabkan kematian massal ikan.

Ia menambahkan, fenomena ini dikenal sebagai red tide untuk menggambarkan ledakan populasi fitoplankton yang dapat mengubah warna air laut tersebut.

Untuk mengetahui fenomena ini pertama kali terjadi di perairan Indonesia dan pada tahun berapa, bisa langsung klik di Laporan Khas kieraha.com di sini.

Khaira Ir Djailani
Author