Ekspedisi Maluku Sasar Sejumlah Kampung Terpencil di Halmahera

Avatar photo
Kapal Kurabesi yang membawa tim ekspedisi.

Ekspedisi Maluku akan menyasar sejumlah desa terpencil, di Pulau Halmahera. Ekspedisi yang dimulai dari Papua Barat ini akan singgah di Maluku Utara dan selanjutnya Maluku.

Untuk wilayah Maluku Utara, tim ekspedisi akan berlabuh dan mampir di Festival Kampung Pulau yang dilaksanakan di lima desa wilayah Gane Barat dan Kayoa, Halmahera Selatan.

Setelah itu, tim ekspedisi menuju Pulau Tidore, Ternate dan selanjutnya Kepulauan Banda.

“Kegiatan Ekspedisi Maluku dan Festival Kampung Pulau ini merupakan kolaborasi antara Econusa Indonesia dan Perkumpulan Pakativa. Ekspedisi ini mengangkat tema Beradat Jaga Hutan, Beradat Jaga Laut, Bakudukung Jaga Alam Maluku. Sementara Festival Kampung dengan tema Jaga Adat dan Budaya untuk Alam yang Lestari,” kata Penanggung Jawab Festival Kampung Pulau, Zavira Daeng Barang, Minggu, 25 Oktober.

Econusa atau Ekosistim Nusantara Berkelanjutan adalah organisasi nirlaba yang bertujuan mengangkat pengelolaan sumber daya alam berkeadilan dan berkelanjutan. Sementara Perkumpulan Pakativa adalah LSM yang fokus isu literasi budaya dan ekologi.

Zavira menyebutkan, dalam Festival Kampung Pulau yang dihelat di lima desa di Halmahera Selatan itu meliputi Desa Gane Dalam, Samo, Posi Posi, Gumira, dan Desa Pasir Putih Kayoa.

“Tim Ekspedisi Maluku akan menyinggahi kampung-kampung yang menggelar festival ini. Mereka juga hadir dengan agenda lain di Pulau Sali, Makean, Tidore dan Ternate,” katanya.

Direktur Eksekutif Econusa Bustar Maitar mengemukakan, tim yang ikut dalam ekspedisi ini terdiri dari 2 dokter, 2 perawat, 4 ahli pertanian, 4 ahli dokumentasi, 8 relawan logistik, dan 2 pendukung administrasi serta dibantu dengan 11 kru Kapal Kurabesi.

“Kami berangkat dari Sorong, Papua Barat menggunakan kapal kayu tradisional ini. Kapal Kurabesi ini memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung misi kami,” ujarnya.

Misi Ekspedisi Maluku
Persiapan Festival Kampung di Samo. (Dok Pakativa)

Bustar mengatakan perjalanan ekspedisi ini merupakan tahap kedua yang dimulai pada 22 Oktober dan berakhir 15 November 2020. Sementara tahap pertama pada bulan September sudah berakhir. Ekspedisi ini menyusuri kampung pesisir dan pulau.

“Misinya adalah saling memberikan dukungan dan semangat bersama masyarakat akibat dampak Covid-19. Ini karena Covid-19 bukan saja tentang virus yang menakutkan, tetapi ada dampak lain yang timbul, terutama ekonomi dan ancaman ketahanan pangan,” jelas Bustar.

Misi perjalanan kedua ini akan lebih banyak terfokus di Maluku Utara dan Maluku dengan pulau-pulau kecil. Sebagian dari kampung-kampung pesisir ini terpencil yang mungkin paling terpencil di dua wilayah provinsi ini. Juga di antara kampung-kampung ini hutannya paling terancam karena ekspansi pembukaan perkebunan skala besar dan tambang.

“Bahkan dari kampung-kampung yang ada ini, juga minim fasilitas kesehatan bahkan tidak ada sama sekali,” sambung Bustar.

Menerapkan Protokol Covid

Selama perjalanan ini, lanjut Bustar, tim ekspedisi juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Semua tim yang ikut serta harus melakukan swab test sebelum naik ke kapal.

“Kami juga membawa kurang lebih 8 ton barang sarana produksi pertanian, obat-obatan, masker kain yang sebagian diproduksi oleh kelompok ibu-ibu di Maluku dan Papua, alat pelindung diri lengkap untuk tenaga medis yang akan diberikan kepada Puskesmas, materi sosialisasi terkait Covid-19 dan alat tes cepat Covid-19. Semua barang ini adalah donasi masyarakat umum dan organisasi, baik di Indonesia maupun dari luar negeri,” sebutnya.

Selain memberikan dukungan kepada masyarakat terkait dampak pandemi Covid-19, memperkuat ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi masyarakat, Tim Ekspedisi Maluku juga akan melakukan pemantauan terhadap situasi hutan di kawasan tersebut.

“Kami mendokumentasikan berbagai kearifan masyarakat lokal, hidup mereka berdampingan dengan alam tanpa saling merusak baik terkait hutan maupun laut,” tambahnya.

Sahrul Jabidi
Author