Cengkih, salah satu rempah raja Nusantara yang terbukti telah berkelana jauh hingga ditemukan di belahan dunia lain, ribuan kilometer dari Nusantara. Pada 1980-an, arkeolog merilis temuan cengkih Maluku yang telah menjadi arang dalam wadah keramik yang tertata rapi di suatu dapur rumah Tuan Puzurun dalam tembok kota kuno Suriah.
Artefak butiran cengkih itu disinyalir telah berusia lebih dari 3.500 tahun lalu. Ini adalah temuan penting dalam sejarah rempah dunia, melengkapi temuan lainnya, bahwa rempah Nusantara telah digunakan di Mesir sebagai bahan pengawet jenazah raja-raja sejak 3.000 tahun Sebelum Masehi.
BACA JUGA Pengakuan Kota Jaringan Global Magellans bagi Tidore
Perjalanan yang ditempuh oleh rempah raja Nusantara itu hingga mampu berkelana ribuan kilometer dari wilayah timur Nusantara hingga sampai di jazirah Arab, Afrika, dan Eropa, hingga saat ini belum ada yang dapat mengungkapnya dengan jelas. Sumber Yunani pada awal abad Masehi, dokumen yang memberikan deskripsi spesifik tentang rute perdagangan Samudra Hindia menunjukkan dengan jelas bahwa Nusantara terlibat dalam hubungan dagang antara India dan Romawi.
BACA JUGA Kejayaan Cengkih Pulau-Pulau di Bawah Angin yang Hilang
Sementara itu di kawasan Asia, Tiongkok sejak 200 tahun Sebelum Masehi juga diketahui telah mengimpor cengkeh dari Maluku. Rentang waktu ribuan tahun itu tentu menghambat dalam pelacakan rute kelana rempah raja Nusantara hingga sampai di belahan dunia lain. Jack Turner (2005) menyatakan bahwa untuk beberapa abad lamanya, asal muasal rempah dan wewangian Nusantara adalah misteri bagi masyarakat dunia. Para pedagang Arab dan Tiongkok selama berabad-abad sengaja merahasiakan keberadaannya hingga maskapai dagang Eropa berhasil membuka tabir misteri rempah Nusantara pada abad ke-16 Masehi.
Meski tidak sehebat masa lalu, hingga hari ini perkebunan cengkeh terus dikembangkan di Kepulauan Maluku. Perubahan iklim global dan kondisi alam Indonesia yang terus berubah secara dinamis menjadi tantangan tersendiri dalam usaha pelestarian dan pengembangan tanaman rempah. Kesadaran mengulik jati diri rempah adalah upaya untuk mengumpulkan kembali Indonesia secara utuh. Indonesia yang bergerak dinamis menuju masa depan menempati ruang sejarah dunia yang lebih gemilang. *
Baca juga laporan terkait sebelumnya tentang Ternate dan Tidore dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022