Kemegahan Benteng Portugis di Ternate

Avatar photo

Ada darah dan air mata, tumpah di Ternate, Maluku Utara. Di benteng itu merupakan salah satu dari sekian bukti perjuangan rakyat Moloku Kieraha mengusir penjajah.

“Di Ternate pusat penghasil rempah-rempah terbesar di dunia pernah lahir,” kata Ikram Sangaji, salah satu warga Ternate, saat disambangi KIERAHA.com, akhir pekan lalu.

Dia mengatakan bekas-bekas peninggalan kolonial itu masih ada. Bangunan-bangunan benteng peninggalan Portugis dan Belanda di Ternate di antaranya. Menjadi saksi bisu yang menyimpan kisah pejuang-pejuang bangsa dari negeri Kepulauan Rempah.

KIERAHA.com mengunjungi salah satu peninggalan bangunan bersejarah itu. Benteng Tolucco, di Kelurahan Dufa-Dufa, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate.

BACA JUGA  Klinik Terapi Akupuntur Kembali Dibuka di Ternate Utara
Benteng Tolucco. (KIERAHA.com)

Catatan sejarah menyebutkan, Benteng Tolucco awalnya dibangun Fransisco Serao, berkebangsaan Portugis pada 1540. Kemudian pada 1610 direnovasi oleh Pieter Both lalu disebutnya Benteng Santo Lucas. Oleh masyarakat Ternate menyebutnya Toloko.

Dalam kisahnya Benteng Tolucco pernah diduduki oleh Sultan Ternate Mandar Syah. Kala itu pada 1661, bersama 160 orang pasukannya atas izin pemerintah Hindia Belanda.

Kondisi Benteng Tolucco ini beberapa kali mengalami pemugaran. Sampai sekarang masih berdiri kokoh. Meskipun sebagai bangunan peninggalan sejarah, cara pemugaran benteng tersebut terkesan asal jadi dan menghilangkan kesan arsitektur aslinya.

Setiap liburan akhir pekan, benteng ini sering dijadikan tempat foto selfie atau swafoto warga lokal dan wisatawan nasional maupun mancanegara yang berkunjung.