Saat Putri Pariwisata Temukan Pesona Alam Ternate

Avatar photo

Pesona alam Ternate, Maluku Utara, begitu menawan. Potensi pariwisata di kota itu memiliki keunikan tersendiri, salah satunya wisata alam Batu Angus.

Begitulah kira-kira, kekaguman dari seorang Putri Pariwisata, Kethy Monica Kabe, saat disambangi di lokasi Landmark, Kelurahan Gamalama, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Sabtu malam, 11 November 2017.

Wanita kelahiran 1994 ini mengagumi potensi pariwisata yang dimiliki kota berjuluk Bahari Berkesan itu. Dia berharap adanya potensi yang dimiliki dapat dikelola dengan baik, sehingga generasi mendatang masih bisa menikmati.

“Seperti wisata Pantai Jikomalamo, itu bagus banget. Saya coba diving (menyelam) di situ ternyata bagus banget, indah, sumpah,” ujar Kethy, begitu ia disapa.

BACA JUGA

Pulau Morotai Akan Disulap Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia

Australia Jajaki Kerjasama Sektor Pariwisata di Indonesia Timur

Putri Pariwisata Maluku Utara 2016 itu menyayangkan, beberapa model bangunan restoran yang dibangun di areal barat dan utara Pantai Jikomalamo, Ternate Pulau.

“Sangat disayangkan, di Pantai Jikomalamo yang begitu bagus, tidak dikelola dengan baik. Saat diving di situ, saya temukan beberapa coral reef (terumbu karang) yang rusak akibat reklamasi. Juga, adanya bangunan resto itu sangat mengganggu,” ujar dia.

Kethy mengemukakan, potensi alam di lokasi Batu Angus juga belum tertata dengan baik. Padahal wisata alam seperti itu hanya ada di Ternate. Di lokasi itu, sambung dia, dalam satu spot, pengunjung bisa merasakan tiga panorama alam.

“Di lokasi itu kita bisa menikmati pesona alam Ternate yang unik, tumpukan Batu Angus yang begitu banyak, Gunung Gamalama, dan pantai beserta pulau-pulau yang ada di sepanjang Halmahera Barat dan Tidore Kepulauan,” kata dia.

Sayangnya, sambung Kethy, model pengelolaan wisata Batu Angus, Kelurahan Tarau, Ternate Barat, itu masih terbilang kurang perhatian dari pemerintah setempat.

Bahkan, beberapa potensi wisata lainnya juga ditemukannya serupa. Salah satunya pada lokasi wisata Pantai Jikomalamo, Kelurahan Sulamadaha, Ternate Pulau.

Menyasar Landmark Ternate  

Wanita kelahiran Ternate, yang tumbuh dan besar di Kota Manado, Sulawesi Utara itu, juga menyesalkan model pengelolan landmark Ternate. Saat dirinya menikmati ikonnya Ternate itu, tidak ditemukan ciri khas dari sebutan landmark sendiri.

Landmark Ternate. (Foto dok istimewa)

“Yang namanya landmark itu kan harus punya air mancur, dan lampunya menyala warna-warni. Namun, kenapa di sini (Ternate) saya tidak lihat, ya,” kata dia.

Saat dikemukakan bahwa Landmark Ternate sebetulnya telah menyediakan sarana dimaksud, lampu dan air mancur. Hanya saja, karena sudah pukul 11.10 malam WIT, sehingga dimatikan air mancur dan warna lampunya.

Bagi Kethy, model pengelolaan landmark seharusnya dibuat untuk selalu siap menerima pengunjung dari mana saja, dan kapan saja.

“Sebab pengunjung landmark dari luar Ternate bisa datang kapan saja. Seharusnya ini tidak terjadi, apalagi ini baru jam 11 malam. Masa pengunjung harus menunggu sampai menyala lagi,” kata Kethy.

Hairil Hiar

*Artikel ini sebelumnya diterbitkan di portal berita Liputan6.com dengan judul Jelajah ke Batu Angus Bareng Putri Pariwisata Ternate