Makam suci di Pulau Ternate sudah akrab didengar oleh warga masyarakat setempat. Makam keramat ini biasa juga disebut jere.
Sebutan ini lekat dengan sejarah Kesultanan dan syiar Islam di Bumi Moloku Kie Raha. Keberadaan jere yang dipercaya sebagai makamnya para wali dan anbia ini disebutkan sudah berumur ratusan tahun. Bahkan di tempat ini diyakini memiliki penjaganya.
Ikram Sangaji, warga Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan mengisahkan, sejak kecil dirinya sudah diceritakan tentang makam-makam keramat yang tumbuh sendiri di Pulau Ternate.
BACA JUGA Waspada Jika Gamalama Mengamuk
“Seperti yang di Puncak Gamalama, Kelurahan Kulaba, Sangaji Utara, Sulamadaha, Sasa, Tobona, dan Kelurahan Foramadiahi. Kalau jere Kulaba dipercaya milik Sultan Ternate, Sangaji Utara milik Sangaji, Sulamadaha milik penyebar agama Islam, Sasa milik penasehat empat Kesultanan Moloku Kie Raha, Tobona milik para imam masjid Kesultanan Ternate, dan Foramadiahi milik Sultan Khairun,” tutur Ikram.
Ia mengatakan tempat suci ini dahulu tumbuh sendiri dengan batu nisan berwarna putih.
“Sekarang berwarna hitam. Dan diyakini makamnya para wali dan anbia,” sambungnya.
Kaitannya dengan Musibah
Ikram mengatakan setiap tempat yang terdapat makam keramat memiliki penjaganya.
“Yang bisa melihat itu hanya orang-orang yang memiliki mata batin khusus. Orang-orang ini bisa melihat orang suci dan penunggu makam keramat yang ada di jere,” lanjutnya.
BACA JUGA Legenda di Balik Kuburan Masal Danau Tolire Ternate
Ikram mengatakan, sampai sekarang keyakinan ini masih tertanam turun temurun. Bahkan kalau ada musibah, lanjut Ikram, pasti ada kaitannya dengan kesalahan yang dibuat.
“Ada tandanya, semacam pemberitahuan. Seperti hujan yang disertai angin kencang dan banjir. Saat reda pasti ditemukan bayi yang dibuang atau orang meninggal,” tambahnya. *
==========
Ini merupakan artikel pembaharuan. Pertama kali terbit pada 2017 berjudul Misteri di Balik Makam Orang-Orang Suci yang Mendiami Ternate.