Asosiasi Media Siber Indonesia atau AMSI dengan dukungan Google News Initiative dan Cek Fakta menyelenggarakan Training Literasi Berita (News Literacy) bagi publik, mahasiswa, akademisi, dan jurnalis. Training ini diselenggarakan di 10 wilayah, yaitu Kalimantan Barat, Aceh, Maluku-Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua-Papua Barat.
Irfan Djunaidi, Wakil Ketua II AMSI dalam sambutan pembukaan training perdana literasi berita yang dimulai di Kalimantan Barat ini menyampaikan, pelatihan ini diselenggarakan dengan harapan para peserta dapat mengidentifikasi informasi yang berdasarkan fakta dan yang tidak sesuai fakta.
BACA JUGA Cara Warga Kalaodi Tidore Menjaga Pangan dan Hutan
“Saat ini kondisi memang tidak mudah karena banyaknya berita atau informasi yang bercampur (fakta dan bukan fakta) dengan tujuan tertentu,” katanya, Rabu 1 September.
Meski demikian ia mengharapkan peserta dari pelatihan daring ini, kedepannya dapat terlibat dalam gerakan melawan informasi bohong (hoaks).
“Kemampuan memverifikasi informasi yang benar sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu diharapkan peserta dapat terlibat menahan laju sebaran hoaks atau informasi bohong, yang saat ini dampaknya cukup besar, dan merusak sendi-sendi sosial, bahkan mempengaruhi kebijakan,” katanya.
Irene Jay Liu, News Lab Lead Google Asia Pacific (APAC) melalui video pengantar menyampaikan, pentingnya keterlibatan semua pihak melawan mis-informasi ini. Ia berharap pelatihan ini dapat membantu masyarakat mengidentifikasi informasi tersebut benar berdasarkan fakta atau hanya fiksi.
“Terlebih di era pandemi, jika kita tidak dapat membedakan antara informasi yang benar dan fiksi, itu bisa menjadi masalah hidup dan mati. Apalagi informasi tersebut adalah informasi penting yang akan menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan penting bagi keluarga yang mereka cintai,” ujarnya.
Sebelumnya AMSI telah mentraining 20 jurnalis dari media anggota AMSI sebagai trainer Literasi Berita dan kemudian menyelenggarakan training bagi publik ini. Pada kedua training tersebut, AMSI mengadopsi kurikulum yang dirumuskan oleh Masato Kajimoto, Associate Professor di University of Hong Kong.
Melalui video pengantar, saat pembukaan training yang diikuti lebih dari 30 peserta ini, pendiri Asian Network of News and Information Educators (ANNIE) tersebut mengatakan kurikulum ini lebih dari sekedar materi membongkar fakta.
“Tapi kurikulum ini juga membahas hal lain yang merupakan bagian dari literasi berita,” lanjutnya.
Materi yang akan diterima peserta mencakup di antaranya dampak media sosial terhadap pemahaman publik pada informasi, mewaspadai efek makna ganda pada efek visual atau foto berita dan lain-lain. Peserta akan menerima 7 materi terkait literasi berita.
Hingga akhir September, AMSI menargetkan setidaknya 300 orang dari berbagai unsur mendapatkan pemahaman terkait isu ini. *