Tokoh Taliabu Sebut RS Tempat Dirawat Mendiang Cagub BL tak Layak Jadi Rumah Sakit

Avatar photo
Ahmad Hidayat Mus/kieraha.com

Tokoh Pemekaran Pulau Taliabu, Ahmad Hidayat Mus alias AHM, mengakui kondisi Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Taliabu yang menjadi tempat dirawatnya mendiang Cagub Malut Benny Laos, di Ibu Kota Bobong, tak layak disebut sebagai rumah sakit daerah.

AHM menyatakan, fasilitas di Rumah Sakit Umum Taliabu tersebut masih sangat minim.

“Untuk itu, dengan kejadian ini walaupun sudah menjadi takdir Allah SWT, namun rumah sakit yang dibangun selama kurang lebih 12 tahun ini tidak layak untuk menjadi rumah sakit di salah satu kabupaten yang sangat jauh, sangat terpencil seperti itu,” ucap AHM, melalui video yang diunggah di akun tiktok sashasbilamus, pasca insiden Speedboat Bela 72 yang menewaskan 6 orang dan 27 lainnya selamat.

Mantan Bupati Sula itu berharap, Pemerintah Daerah setempat kedepannya harus menjadikan rumah sakit ini sebagai prioritas untuk kebutuhan dasar warga masyarakat di Taliabu.

“Karena rumah sakit ini adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus dan wajib disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, AHM juga menyampaikan bela sungkawa atas insiden yang menimpa mendiang Benny Laos dan keluarga, serta para korban lainnya.

“Benny Laos adalah teman saya, sahabat saya. Saya kenal beliau cukup lama. Dan saya ingin mengatakan bahwa beliau adalah orang yang baik. Dan saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga almarhum dan semua korban yang terjadi di Bobong. Sekali lagi saya turut berduka cita yang mendalam. Sebagai orang Taliabu, saya menyampaikan permohonan maaf atas kejadian itu,” sebut AHM.

Sherly Tjoanda, salah satu korban insiden Speedboat Bela 72, sebelumnya menceritakan kondisi rumah sakit tersebut yang sangat minim dengan fasilitas kesehatan.

Istri mendiang Benny Laos ini berharap, adanya prioritas dari pemerintah daerah setempat dalam membangun fasilitas kesehatan demi warga masyarakat di Pulau Taliabu.

“Karena saya di sini sakit, terbakar dan semua obat (yang diperlukan) habis. Bapak (mendiang Benny Laos) pertolongan pertama, tak punya alat yang memadai, berupa napas (oksigen bantuan) saja susah, seharusnya juga ada alat untuk cek detak jantungnya bagaimana, semua obat habis, saya kesakitan selama 24 jam. Manusia karena manusia, ini rumah sakit yang gak layak, airportnya (bandara) gak ada, semuanya gak ada,” tuturnya. *