Bambu Pagari Kampung Kalaodi dari Ancaman

Avatar photo

Kawasan hutan lindung itu dikenal dengan nama Tagafura. Berada di puncak bukit yang curam, tentunya harus diwaspadai. Sebab ancaman longsor dan banjir sudah pasti.

Hutan lindung Tagafura ini dihuni oleh warga kampung Kalaodi, yang terbagi dalam empat lingkungan, di Kelurahan Kalaodi, Kota Tidore Kepulauan.

Masing-masing lingkungan berjarak 2 km yang dipisahkan oleh kebun warga. Empat lingkungan itu adalah Swom di bagian Timur, Dola di Barat Puncak, Kola di Selatan, dan Gulili di Utara.

“Keempat lingkungan itu memiliki lahan kelola sendiri,” kata Abdurahman, salah satu warga Kalaodi, saat disambangi beberapa waktu lalu.

BACA JUGA  50 ASN Pemkot Tidore dan Halmahera Timur Ikut PKA di Ternate

Abdurahman mengatakan di kampung Kalaodi cukup kaya dengan tanaman produktif yang bernilai ekonomis. Dari sejumlah tanaman perkebunan milik warga, bambu salah satunya yang banyak ditanam.

“Selain itu cengkih dan pala,” ucapnya.

Bagi warga kampung Kalaodi, bambu memiliki peran penting setelah cengkih dan pala. Di sela lahan kebun pala dan cengkih yang masih lowong juga dimanfaatkan untuk menanam durian, kayu manis dan pinang.

Abdurahman mengatakan tanaman bambu disadari warga bukan karena nilai ekonomisnya semata, namun karena kondisi lahan di kampung itu berada di bukit pada kemiringan yang curam.

“Jadi tanaman bambu ini awalnya disadari warga sebagai pelindung erosi (mengelilingi tebing dan lahan lingkungan kampung). Sehingga ditanam untuk melindungi kampung,” jelasnya.

BACA JUGA  50 ASN Pemkot Tidore dan Halmahera Timur Ikut PKA di Ternate

Dia mengemukakan warga setempat menyadari akar pohon bambu berfungsi sebagai penahan erosi sudah turun temurun. Selain mencegah bahaya banjir, ancaman longsor bisa teratasi.

“Warga di sini semuanya berperan penting dalam mempertahankan kelestarian bambu (yang mempunyai arti melestarikan lingkungan hidup),” katanya.

Bahan Kerajinan

Abdurahman mengatakan tanaman bambu menjadi utama karena dianggap sebagai pelindung dari ancaman longsor dan banjir bagi warga di wilayah dataran rendah.

Selain itu, sambung dia, bambu yang telah tumbuh besar juga digunakan warga setempat sebagai bahan dinding bangunan pada rumah semi permanen. Juga sebagai bahan kerajinan.

Abdurahman mengemukakan untuk bahan bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan saat ini sudah jarang digunakan seiring bangunan yang ada sudah dibuat permanen.

BACA JUGA  50 ASN Pemkot Tidore dan Halmahera Timur Ikut PKA di Ternate

“Untuk saat ini warga lebih banyak memanfaatkan bambu untuk membuat barang kerajinan seperti saloi (semacam keranjang yang digunakan ibu-ibu ketika ke kebun) dan tolu (sejenis topi lebar yang dianyam pakai kulit bambu). Hasil dari dua jenis kerajinan ini kemudian dipasarkan (di kota Tidore dan Ternate).”