Warga dan Nelayan Boikot Aktivitas Pertamina di Ternate

Avatar photo
Aksi boikot menggunakan perahu nelayan. (Sahrul Jabidi)

Kelangkaan bahan bakar minyak atau BBM di wilayah Kecamatan Pulau Ternate membuat sejumlah warga dan nelayan di Jambula memboikot aktivitas PT Pertamina.

Aksi protes yang berlangsung di depan pintu masuk PT Pertamina Jambula ini dimulai sekitar pukul 12 siang hingga pukul 14.30 WIT.

BACA JUGA Kejayaan Cengkih Pulau-Pulau di Bawah Angin yang Hilang

“Kelangkaan BBM jenis pertalite dan pertamax ini mulai terjadi sejak tanggal 13 Juli 2021. Ini sehingga kami (warga dan nelayan) tidak bisa beraktivitas,” kata Aldiran Ishak, koordinator aksi tersebut, ketika disambangi kieraha.com, di Kelurahan Jambula, Senin, 30 Agustus.

Ia menyatakan, BBM jenis pertalite dan pertamax merupakan salah satu kebutuhan warga dan nelayan di wilayah setempat.

“Minyak ini untuk mempermudah aktivitas kami sehari-hari, baik saat berkendara maupun untuk nelayan yang akan melaut. Kalau BBM ini tidak ada maka sangat berpengaruh dengan mata pencarian warga dan nelayan sini,” ujarnya.

Ia menyebutkan, adanya kelangkaan BBM ini membuat nelayan harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendapatkan minyak di SPBU Kalumata dan SPBU Kampung Pisang yang jarak tempuhnya sekitar 5 km lebih.

“Sampai sekarang kami kesulitan untuk mendapatkan BBM. Maka dari itu kami dan nelayan Jambula melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut pemenuhan BBM ini,” katanya.

Akses masuk Pertamina yang diboikot warga. (Sahrul Jabidi)
Akses masuk Pertamina yang diboikot warga. (Sahrul Jabidi)

Massa aksi ini akan melakukan pemboikotan lanjutan jika pasokan minyak tidak dipenuhi.

Manager PT Pertamina Jambula Ternate, S Pangandaheng menyatakan, kelangkaan BBM terjadi karena salah satu tempat yang menyediakan pasokan BBM di depan Basarnas Ternate sudah tidak beraktivitas.

“Kalau tempat itu masih ada maka tidak seperti ini,” katanya.

Untuk mengantisipasi adanya aksi lanjutan maka pihak Pertamina sudah mulai melakukan pendistribusian BBM ke wilayah setempat.

Sahrul Jabidi