USAID SEA atau Sustainable Ecosystems Advanced menyelenggarakan lokakarya jurnalis dalam mengarusutamakan isu-isu perikanan dan kelautan di Provinsi Maluku Utara.
Lokakarya yang berlangsung pada 21-22 Februari 2020 itu menghadirkan 3 narasumber; Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Buyung Radjiloen, pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Rochimawati, dan Editor Mongabay Indonesia Nur Rochmani Fajar.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mendukung kebijakan prioritas pemerintah dalam pengelolaan ekosistem dan sumber daya laut berkelanjutan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, Buyung Radjiloen menyatakan, bahwa kelestarian sumber daya laut sudah menjadi isu nasional dan global, yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat luas. Seperti halnya di beberapa bagian di Indonesia, di Maluku Utara, kata Buyung, praktik perikanan illegal atau IUU fishing juga menjadi tantangan utama dan hal ini dapat mengancam ketersediaan ikan di provinsi setempat.
Ia mengapresiasi kegiatan lokakarya jurnalis yang dilakukan oleh USAID SEA Project bersama mitranya WCS. “Saya berharap rekan-rekan jurnalis dapat memberikan penyadartahuan kepada masyarakat luas, tentang pentingnya melestarikan sumber daya laut untuk menjaga ketahanan pangan dan sumber penghidupan masyarakat di Maluku Utara,” ucap Buyung.
Celly Catharina, Senior Marine Program Specialist dari USAID menambahkan, bahwa Proyek USAID SEA di Maluku Utara berfokus pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui berbagai kegiatan berupa pendataan ikan dan pendaftaran kapal nelayan skala kecil.
Kedua kegiatan itu bertujuan untuk menilai status sumber daya ikan di Maluku Utara dan mendapatkan Bukti Pencatatan Kapal Perikanan atau BPKP. Celly menambahkan, USAID dalam menjalankan program perikanan berkelanjutan di Provinsi Maluku Utara, diantaranya bekerjasama dengan BRPL KKP.
“Kerjasama ini untuk kegiatan pendataan ikan kakap, kerapu, pelagis kecil dan tuna, serta pendaftaran kapal nelayan skala kecil, dan penyusunan dokumen pemanfaatan perikanan (harvest strategy) untuk kakap kerapu,” jelasnya.
BACA JUGA
Saat Laut Terpapar Sampah Plastik Jadi Pembahasan Global
“Hingga saat ini USAID telah memberikan pendampingan kepada 674 nelayan kecil untuk mendapatkan Bukti Pencatatan Kapal Perikanan (BPKP) dan 310 sudah mendapatkan BPKP. USAID juga mendampingi komunitas nelayan tuna untuk mendapatkan sertifikasi fair trade, sehingga tuna nelayan Maluku Utara bisa diekspor ke Amerika dengan harga premium. Total premium yang sudah didapatkan oleh nelayan tuna bersertifikasi fair trade di Maluku utara dari pembeli di Amerika telah mencapai lebih dari dua miliar rupiah,” sambung Celly.
Pengurus Bidang Pendidikan, Profesi dan Etik AJI Indonesia, Rochimawati bilang, jurnalis memang selayaknya mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, agar supaya dapat memberikan informasi yang mendalam khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
“Kegiatan lokakarya mengenai isu kelautan dan perikanan ini sangat penting bagi jurnalis, tidak hanya di Maluku Utara, tapi juga jurnalis Indonesia. Belum banyak yang digali lebih dalam oleh jurnalis terkait isu kelautan dan perikanan ini,” kata Rochimawati.
Ketua The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) itu mengharapkan, setelah mengikuti lokakarya ini, para jurnalis di Maluku Utara dapat membuka wawasan pembaca mengenai isu-isu penting di sektor kelautan dan perikanan di wilayah Maluku Utara.
Diharapkan pula, para peserta jurnalis akan termotivasi untuk menuliskan isu-isu terkait dengan pentingnya menjaga dan mengelola kawasan konservasi perairan (KKP), menjaga ekosistem laut, praktik perikanan berkelanjutan dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, serta mempromosikan potensi wisata bahari yang ramah lingkungan. *