BMKG Stasiun Meteorologi Babullah Ternate mengimbau masyarakat Maluku Utara agar tidak berlebihan mengkuatirkan fenomena equinox yang akan melintasi garis khatulistiwa dan berdampak peningkatan suhu udara hingga 40 derajat celcius.
Vianca Adjie Putra, prakirawan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Babullah Ternate, mengatakan perubahan suhu udara akibat fenomena itu tidak selalu meningkatkan suhu udara secara besar dan bertahan lama.
“Equinox bukanlah fenomena seperti heat wave (temperatur ekstrem yang dibangkitkan oleh gelombang panas) yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah, yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan lama,” kata Vianca, Senin (20/3/2017).
Dia mengungkapkan rata-rata suhu maksimal di Indonesia hanya mencapai 32 hingga 36 derajat celcius. Khusus di Maluku Utara, kata dia, meskipun letaknya di sekitar garis khatulistiwa, namun masyarakat tidak perlu perlebihan mengkuatirkan dampaknya.
Vianca menjelaskan equinox merupakan salah satu fenomena astronomi dengan keberadaan matahari yang melintasi garis khatulistiwa. Secara periodik, fenomena itu berlangsung sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada 21 Maret dan 23 September.
Menurut Vianca, secara umum wilayah Indonesia masih cenderung lembab atau basah. Begitupula wilayah Maluku Utara saat ini masih dalam periode musim hujan.
“(Sehingga) pada saat fenomena equinox terjadi (Selasa, 21 Maret 2017) di Maluku Utara masih berpotensi hujan sore hari dan pagi hari panasnya seperti biasa.”
“Jadi perubahan suhu udara pada fenomena equinox ini secara teori menyebutkan letaknya berada tepat di garis khatulistiwa (sehingga peningkatan suhu panas cukup intens). Tapi seperti yang BMKG sampaikan, suhu rata-rata di Indonesia itu bisa mencapai 32-36 derajat celcius, sehingga perubahan suhu yang diisukan tidak perlu berlebihan menanggapi,” sambungnya.
Author: Fandi Gani
Editor: Redaksi